Di Tengah kecanggihan yang ditawari digitalisasi saat ini, perlu untuk menerjemahkan kembali taqwa di era digital. Sebagaimana yang terlihat saat ini manusia seakan hidup dalam dua dimensi, pertama dimensi dunia nyata yang saling berjumpa dalam saling sapa secara langsung yang kehadirannya masih terikat oleh keterbatasan waktu dan tempat.

Sedangkan dimensi yang kedua adalah dimensi dunia digital, istilah dunia digital ini seringkali digunakan sebagai dunia virtual atau jagat digital. Dalam dimensi dunia digital ini, interaksi seakan tidak lagi mengenal jarak dan tidak lagi dibatasi oleh teritorial.Seperti yang dikatakan  Budi Hardiman, bahwa dalam dunia digital tidak ada lagi ruangan yang tidak berpori, semua ruangan akan sangat memungkinkan untuk dimasuki oleh berbagai akses informasi, kendati pun seorang mengurung diri dalam kamar yang tertutup.

Dalam interaksi dunia nyata, akan sangat memungkinkan manusia untuk melakukan pencitraan yang membuat kesan baik dan harum dihadapan masyarakat luas. Jika saling berhadapan secara langsung di dunia nyata sering kali manusia ingin mengukir sikap yang sopan juga santun, menjaga ucapan, terlihat melakukan hal yang positif, dan akan menahan diri dari segala sesuatu yang dianggap buruk oleh pandangan manusia lainnya.