Oleh : Doni Wicaksono )*
Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendorong proyek hilirisasi sumber daya alam sebagai strategi utama untuk meningkatkan pendapatan negara. Hilirisasi, atau proses pengolahan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi, merupakan langkah cerdas dan progresif untuk mengubah struktur ekonomi dari berbasis ekstraksi ke industri manufaktur dan pengolahan. Melalui pendekatan ini, Indonesia tidak hanya memaksimalkan potensi kekayaan alamnya, tetapi juga membuka jalan menuju kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang lebih merata.
Langkah hilirisasi ini sangat strategis mengingat selama bertahun-tahun Indonesia hanya menjadi eksportir bahan mentah seperti nikel, bauksit, batu bara, dan kelapa sawit. Nilai ekspor yang diterima negara cenderung rendah karena tidak melewati proses industri lanjutan. Selama ini, sebagian besar nilai tambah justru dikuasai oleh negara pengimpor karena belum optimalnya kebijakan hilirisasi dalam negeri. Kini, hal itu dikoreksi melalui strategi hilirisasi nasional. Dengan adanya hilirisasi, Indonesia dapat mempertahankan sebagian besar nilai tambah di dalam negeri. Proyek-proyek seperti pembangunan smelter nikel, pabrik pengolahan kelapa sawit, dan pengembangan industri turunan batu bara menunjukkan betapa besarnya potensi pendapatan negara yang dapat digali melalui hilirisasi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengatakan program hilirisasi merupakan pilar kunci dalam mewujudkan Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mencapai kemandirian energi dan memperkuat kedaulatan bangsa. Selain itu, hilirisasi merupakan instrumen fundamental untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan lapangan kerja berkualitas, serta mendorong keadilan sosial.
Salah satu contoh paling menonjol adalah pada sektor nikel. Dengan melarang ekspor bijih nikel mentah dan mendorong pembangunan fasilitas pengolahan dalam negeri, Indonesia berhasil menarik investasi besar dari berbagai negara. Hal ini tidak hanya menambah devisa melalui ekspor produk turunan seperti feronikel dan baterai kendaraan listrik, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah penghasil. Pajak, royalti, dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor ini pun mengalami peningkatan signifikan, memberikan kontribusi nyata terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).