Singkatnya, bahwa kehadiran al-Qur’an dijadikan sebagai bukti adanya kekuasaan yang luar biasa dan sampai kapanpun tidak ada satu makhluk yang dapat membuat yang semisal atau setara dengan al-Qur’an. Keagungan dan kemuliaannya tidak tertandingi. “Seandainya Kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah. Perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir (Q.S. al-Hasyr: 21).

Begitu banyaknya keutamaan dan kemuliaan dari al-Qur’an sebagai kitab suci; dan di antara  kemuliaan dan keistimewaannya yang patut diimplementasi oleh setiap orang Islam di setiap waktu, yaitu: “MEMBACANYA”.

Aktivitas membaca memang telah menjadi awal dari ajaran al-Qur’an. Ketika Allah SWT menurunkan awal dari al-Qur’an (Surah al-‘Alaq) ayat yang pertama langsung perintah membaca. Objek bacaan yaitu menyangkut segala yang diciptakan-Nya, baik itu ayat-ayat-Nya yang tersurat qauliyah (al-Qur’an) maupun ayat-ayat yang tersirat kauniyah (alam semesta). Membaca menjadi langkah seseorang memperoleh ilmu serta yang bermanfaat dalam hidupnya. Untuk mendapatkan ilmu, tidak cukup sekali baca akan tetapi harus dilakukan berulang kali, karena itu terlihat dari diulangnya perintah membaca pada ayat ketiga surah al-‘Alaq. Semakin intens orang membaca, maka ilmunya semakin meningkat pula.

Salah satu implikasi dari membaca al-Qur’an adalah “mendapatkan rahmat Allah”. Rahmat Allah sangat luas dan diberikannya tanpa batas kepada seluruh makhluk-Nya; akan tetapi manusia harus terus berusaha menunjukkan sikap keinginannya mendapatkan rahmat yang luas itu. Upaya mendapatkan rahmat yang mudah dilakukan adalah dengan membaca al-Qur’an. “Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah agar kamu dirahmati (Q.S. al-A’raf: 204).