SULTENG RAYA – Kehadiran bank emas (bulion bank) dalam lini bisnis PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) akan memperkuat daya saing dan ekosistem perbankan syariah di Tanah Air.
Hal tersebut dinyatakan Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Rahmatina Awaliah Kasri, Rabu (5/3/2025).
Menurutnya, hadirnya layanan bank emas di BSI berpotensi meningkatkan daya saing perbankan syariah karena merupakan inovasi produk yang unik dan sejalan dengan prinsip syariah.
Selain itu, bank emas ini memungkinkan diversifikasi produk sehingga melalui inovasi produk bisa menarik lebih banyak nasabah untuk berinvestasi emas.
“Apa lagi emas ini kan secara kultural sudah menjadi alat investasi oleh masyarakat Indonesia. Selain itu, bisnis bulion bisa memperkuat likuiditas dan stabilitas aset berbasis syariah,” ujar akademisi yang pernah menjabat Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Cabang Khusus United Kingdom periode 2012-2014 tersebut.
Dia juga mengatakan, kehadiran bank emas dalam operasional perbankan BSI akan berperan strategis mendorong ekosistem keuangan syariah. Bank emas dapat meningkatkan literasi dan inklusi keuangan berbasis emas. Bank emas juga sejalan dengan peta jalan pengembangan dan penguatan perbankan syariah dari pemerintah.
Di mana bank syariah diharapkan dapat mendukung terbentuknya pasar emas syariah yang lebih terintegrasi dengan industri halal, fintech syariah, dan sektor riil. Oleh karena itu menurutnya, ketika BSI diresmikan pemerintah sebagai salah satu entitas untuk menjalankan bisnis bulion atau bank emas akan menguatkan peran perseroan sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional.
“Bisnis emas ini berpotensi menguatkan peran BSI sebagai lokomotif ekonomi syariah nasional antara lain karena bisa memperkuat daya saing BSI. Karena menawarkan produk investasi berbasis emas yang kompetitif, memenuhi permintaan masyarakat yang ingin berinvestasi dengan produk yang aman dan sesuai syariah, serta memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan syariah,” katanya.
Rahmatina yang merupakan council member International Association of Islamic Economist (IAIE) yang berbasis di Inggris juga menyebut, kondisi perekonomian dewasa ini kerap diwarnai oleh berbagai ketidakpastian baik global maupun domestik.
Di sisi lain, sektor ekonomi, keuangan dan perbankan syariah selalu dinilai memiliki resiliensi yang lebih tinggi ketika menghadapi tantangan. Oleh karena itu kehadiran bank bulion mendukung pula agenda pemerintah dalam menjadikan ekonomi syariah sebagai katalis pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kehadiran bank bulion memang bisa memperkuat posisi perbankan syariah karena dapat menjadi instrumen lindung nilai terhadap volatilitas ekonomi dan memperkuat ketahanan perbankan syariah dalam menghadapi tantangan ekonomi masa depan,” tuturnya.
Sementara itu dalam peresmian bank emas oleh Presiden Prabowo Subianto pada Rabu (26/2/2025), Direktur Utama BSI, Hery Gunardi mengatakan, pengembangan bank emas oleh perseroan sejalan dengan Asta Cita Pemerintah yang bertujuan untuk melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah dalam negeri, khususnya dalam sektor ekosistem emas.
Oleh karena itu, menurutnya produk bank emas BSI dirancang secara inklusif dan digital. Tujuan untuk memberikan akses kepada masyarakat, baik yang baru memulai investasi maupun yang sudah berpengalaman.
“Kami berharap dengan hadirnya Bank Emas by BSI dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan dan menciptakan potensi pasar yang sangat besar. Estimasi nilai bisnis sekitar Rp280 triliun, kami juga berharap dapat memberikan efek multiplieryang signifikan bagi perekonomian Indonesia,” kata Hery. RHT