Jangan Banyak Baku Bantah di Bulan Ramadan

Oleh:  Ibnu Mundzir

(Birokrat Muda Pemerintah Kota )

Marhaban Ya Ramadan…
Setiap Ramadan datang, setiap muslim yang nota bene menjadi address pertama pihak yang disentil sebagai “hai orang-orang yang beriman” pada permulaan ayat al Baqarah ayat 183, seharusnya sudah menyiapkan berbagai persiapan, agar setiap bulan Ramadan datang, selalu menimbulkan kesan yang mendalam dan pengalaman rohaniah yang baru bagi tiap pelakunya. Pengalaman tersebut akan menjadi wasilah peningkatan derajat keimanan dari setiap orang yang melakoninya.
Setiap Ramadan datang, maka berbagai niat kebaikan itu berada dalam titik kulminasi tertinggi, setiap orang, sejahat apapun dia, pasti berniat akan mengisi bulan Ramadan dengan berbagai amalan kebaikan, sebutlah baca Quran, sholat berjamaah di masjid, saling berbagi takjilan untuk berbuka , dan berbagai varian kebaikan lainnya.
Namun, sejalan waktu semangat Ramadan tersebut seolah tergerus, diindikatori oleh semakin melemahnya durasi dan kualitas kita dalam membaca Quran, masjid yang samakin nampak lowong dan kesibukan diluar amalan Ramadan yang justru semakin membesar.
Pertanyaan kontemplatifnya yaitu mengapa semangat Ramadan tersebut, bisa sedemikian mudah untuk luntur? ada berbagai hipotesa tentang hal tersebut, diantaranya yang dikemukakan oleh Ibnu Qoyyim bahwa kita kurang bersabar.
Lho apa hubungannya kesabaran dan bulan Ramadan? Jawabannya erat sakali hubungan antara kesabaran dan bulan Ramadan, bahkan salah satu nama dari bulan Ramadan adalah bulan kesabaran, dan balasan kesabaran adalah surga, dan “jangan pula bertindak bodoh, jika ada salah seorang yang mencela dan menganggunya hendaknya dia mengucapkan: sesunguhnya aku sedang berpuasa” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151).
Ternyata salah satu hal yang menyebabkan kita lemah dalam beribadah adalah melakukan perbuatan bodoh, tentu bodoh disini bukan berarti tidak bisa baca, tulis atau menghitung, namun bodoh disini diartikan bahwa dia mengabaikan kebaikan yang banyak dengan mempraktekan pada hal-hal yang tidak substantif.
Perilaku berdebat, diangap sebagai salah satu cabang kebodohan, dan salah satu solusinya adalah meninggalkan arena debat tersebut dengan cukup mengatakan, “saya sedang berpuasa”.
Sebab diantara hal yang menyebabkan hati kita menjadi keras dan membatu, sehinga sulit menerima kebenaran adalah berlebih-lebihan dalam hal yang mubah dan berdebat untuk hal yang tidak penting.
Lihatlah di sekitar akhir bulan Ramadan, venue mana yang paling ramai dikunjungi, pastilah pusat perbelanjaan, dengan alasan untuk keperluan makanan, minuman, pakaian, kendaraan dan bangunan.
Berhati-hatilah jika terlalu menuruti hal tersebut yang berujung pada kekerasan hati, sebab Ibnu Qoyyim pernah berujar “banyak mengkonsumsi makanan adalah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan akan menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan,”
Karenanya, sederhanakan keperluanmu, dan mulailah berazam, untuk mengisi bulan Ramadan kali ini dengan semangat yang tinggi, sebab kita ngak pernah tahu apakah kita masih diberi kesempatan bertemu dengan Ramadan tahun depan atau tidak. wallahu alam***