Penulis: Nurhidayati, Rahmawati, Ferawati A.Batalipu / Magister Kesehatan Masyarakat, Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palu 2024

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.(PKM No. 1501, 2010_Wabah. Penyakit, n.d.).

Salah satunya adalah wabah penyakit diare yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, baik ditinjau dari angka kesakitan dan angka kematian serta kejadian luar biasa ( KLB ) yang ditimbulkan. (Za et al., 2022). Diare merupakan gejala buang air besar yang terjadi tiga kali atau lebih dalam sehari.  Diare umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus, bakteri, atau parasit. Gejala diare dapat berlangsung tidak lebih dari 14 hari (diare akut) atau lebih dari 14 hari (diare kronis). Diare yang tidak diobati dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan kerusakan ginjal.(Nurjanah et al., 2023).

Diare menjadi penyakit penyebab kematian balita tertinggi kedua secara global. Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan jumlah penderita dan kematian yang besar, terutama diare akut yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk, tidak tercukupinya air bersih dan status giziburuk. (Rahmi et al., 2019). Deteksi dini penyakit diare merupakan langkah penting dalam mengendalikan potensi kejadian luar biasa dan wabah diare (Romadhan et al., 2022).

Deteksi dini penyakit diare dapat dilakukan melalui beberapa langkah berikut:

Melakukan survei dan pemantauan terhadap kasus diare yang telah terjadi di suatu daerah atau populasi, menggali lebih dalam tentang penyebab diare yang mungkin terjadi, melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini terhadap individu yang mengalami gejala diare dan mengedukasi masyarakat mengenai praktik hidup bersih dan sehat untuk mencegah penyebaran penyakit diare.

Menurut laporan petugas survei lens kabupaten, telah terjadi kejadian luar biasa Penyakit Diare di 3 (tiga) desa Wilayah Kerja Puskesmas Molowagu Kecamatan Molowagu Kabupaten Tojo Una-una yaitu desa tumbulaw, desa kiulingkinari dan desa patoyan dengan jumlah sebesar 41 kasus diare. Kasus diare terbanyak terjadi di desa tumbulawa dengan persentase kasus 42,9% Berdasarkan kriteria jenis kelamin pen derita diera laki-laki sebesar 46,34% dan perempuan 53,66%. Sedangkan berdasarkan kelompok umur penderita diare dari umur< 1 tahun -14 tahun sebesar 60,98 % dan umur 15 tahun – 25 tahun keatas sebesar 39,02%.(Wahidin. M, 2023).

Berdasarkan hasil investigasi tim dinas kesehatan provinsi Sulawesi tengah, terjadinya KLB diare di wilayah kerja puskesmas Molowagu, disebabkan sulit mendapatkan air bersih, kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari sangat terbatas,kondisi sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan, lingkungan pemukiman kumuh dan banyak sampah serta kotoran manusia dibiarkan dihalaman belakang di karena kancaku panjamban hanya 13% dari jumlah3.424 KK.

Upaya yang telah dilakukan dalam penanggulangan KLB Diare di wilayah Puskesmas Molowagu adalah Pemeriksaan klinis dan pengobatan penderita diare, Penata laksanaan kasus penderita Diare, Penyuluhan tentang PHBS kepada masyarakat sekitar lokasi fokus kejadian, Membuat rekomendasi kepada pemerintah terkait terutama kepala desa agar menghimbau kepada warganya untuk memasak air sebelum di minum, membangun jamban di pemukiman wilayah kerja puskesmas molowagu baik berupa WC cemplung, leher angka, atau denganmenggali tanah dan menimbun kembali setelah berhajat. ***