Selang 15 menit, tiba-tiba ajudan gubernur bernama Marlan, dari dalam masjid, memanggil kami (Saya, Yusuf Hasmin, dan Abdul Salam) yang saat itu masih duduk Santai di luar masjid. Semula kami enggan masuk karena terlalu banyak orang di dalam Masjid dan kami merasa tidak dikenali oleh pemimpin dengan Tagline BERANI ini.

Setelah dipersilakan masuk Masjid, kami pun menunggu giliran, karena masih ada dua orang perempuan, kemungkinan satu rombongan, berbincang dengan Gubernur Anwar Hafid. Saya menduga, dua tamu perempuan tersebut datang dari jauh, karena berpakaian seperti tamu umum. Mungkin mereka juga, sama seperti kami, ingin bertamu di rumah atau di kantor, tetapi diarahkan ke masjid, karena Gubernur Anwar Hafid memiliki kebiasaan menerima tamu di masjid bakda subuh.

Menurut salah seorang ajudan, yang saya ajak ngobrol setelah diterima gubernur, bahwa memang Gubernur Anwar Hafid selalu menerima tamunya di masjid jika berada di Palu, karena hampir dipastikan, saat masuk kantor, tamu lebih banyak lagi, termasuk “anak buahnya” para pejabat birokrat yang cenderung setiap hari menghadap secara bergantian di ruang kerja Gubernur. Ada yang melaporkan sesuatu, ada yang dipanggil khusus, adapula yang datang meminta petunjuk gubernur.

Belum lagi, jika Gubernur harus tugas luar ke kabupaten-kabupaten yang mesti dijalankan. Bahkan harus melakukan perjalanan dinas ke luar provinsi Sulteng atau ke Ibukota Jakarta, sehingga menerima tamu bakda subuh menjadi solusi terbaik agar bisa bertatap muka dengan masyarakat.