Oleh: Muh. Fariz
(Pekerja Sosial Kota Palu)
Bulan Ramadhan adalah momentum luar biasa bagi umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah, memperbanyak amal kebaikan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selama sebulan penuh, kita terbiasa bangun dini hari untuk sahur, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, memperbanyak shalat malam, membaca Al-Qur’an, serta bersedekah.
Namun, yang menjadi pertanyaan besar: setelah Ramadhan pergi, apakah semua kebiasaan baik ini juga akan ikut menghilang?
Ramadhan bukan sekadar seremoni tahunan yang datang lalu pergi begitu saja. Ia hadir sebagai madrasah hati, tempat kita belajar disiplin, kesabaran, dan keikhlasan dalam beribadah.
Sayangnya, sering kali semangat ibadah yang begitu menggeliat saat Ramadhan perlahan meredup ketika Syawal tiba. Masjid yang tadinya penuh sesak saat tarawih, mendadak sepi saat shalat lima waktu. Mushaf Al-Qur’an yang sering dibuka selama Ramadhan, kembali berdebu di rak buku.
Inilah ujian sebenarnya: mempertahankan ritme ibadah pasca-Ramadhan. Jangan sampai kita termasuk golongan yang hanya rajin beribadah ketika suasana mendukung, tetapi lalai ketika bulan suci telah berlalu. Allah SWT adalah Rabb sepanjang masa, bukan hanya Tuhan di bulan Ramadhan.