Oleh: Binti Hidayah, S.E
(Pemerhati Sosial)
Tidak terasa, kita sudah berada pada babak akhir Ramadan. Tinggal beberapa hari lagi, Ramadan akan segera berlalu. Tentu dalam suasana penuh rasa haru. Di sisi lain, Idulfitri akan segera datang. Tentu dalam suasana penuh harapan akan kemenangan, juga kegembiraan, setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan.
Namun demikian, kemenangan sejati tidak hanya terbatas pada lapar dan dahaga yang sukses kita atasi setiap hari selama Ramadan. Kemenangan sejati adalah saat kita mampu meraih predikat takwa. Sebabnya, itulah tujuan utama dari ibadah puasa, “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Bulan ini adalah bulan kebajikan yang istimewa, bukan hanya karena bulan puasa dan ibadah, tetapi juga karena bulan ini adalah kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan kita dengan Allah dan mengevaluasi kembali arah hidup kita untuk berubah menjadi lebih baik, dan untuk mempertimbangkan tujuan sejati kita dan mendefinisikan konsep kesuksesan dalam hidup kita, bukan dari perspektif duniawi, tetapi dari perspektif agama, spiritual, dan moral.
Memaknai tentang ketaqwaan, banyak orang yang saat ini sudah merasa puas ketika ia sudah melaksanakan kewajiban, banyak melakukan amalan sunnah, melakukan umrah sekian kali, kemudian keluarganya tampak saleh sudah merasa cukup. Padahal, agama ini tidak hanya berhenti pada aspek individu. Kebaikan Islam harus diwujudkan.