Oleh: SUPRIATMO LUMUAN
(Ketua KPU Kabupaten Banggai Kepulauan)
Pemilihan kepala daerah (pilkada) adalah salah satu agenda politik yang secara periodik dilaksanakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin di setiap daerah. Pelaksanaan pilkada sangat menarik untuk diamati bukan hanya para elit politik yang memang berkepentingan secara langsung soal kontestasi pilkada, tetapi yang menarik adalah ternyata perbincangan soal pilkada juga diamati dan dijadikan bahan diskusi di semua level masyarakat.
Kita bahkan sering menemui diskusi soal pilkada itu lebih hangat dan menarik didiskusikan di warung-warung kopi oleh masyarakat biasa. Ini menunjukkan bahwa atensi publik soal kontesasi pilkada menjadi milik semua kalangan mulai elit sampai masyarakat biasa.
Potret ini menurut saya menunjukkan bahwa semua kalangan baik elit maupun Masyarakat biasa memiliki kepentingan untuk melahirkan kontestasi yang konstruktif dan membawa maslahat bagi publik.
Momentum menciptakan maslahat itu hanya akan ada lima tahun sekali, sehingga momentum pilkada harus diarahkan untuk merawat harapan publik soal kemajuan bagi negeri. Harapan ini harus terus dibunyikan dalam setiap momentum pilkada sebagai bagian dari cara kita terus menjaga harapan kemajuan itu hadir di setiap dada masyarakat kita. Oleh karena itu, menurut saya harus ada bebarapa kriteria yang dilakukan dalam setiap pilkada untuk jadi jalan menenun harapan kemajuan,
- Memperbaiki Panggung Belakang Politik Kita
Bagi saya patologi akut yang dimiliki negeri ini dalam kontestasi kita adalah tidak samanya panggung depan politik kita dengan apa yang terjadi di panggung belakangnya. Realitas ini sangat penting dan krusial untuk diperbaiki di dalam kontestasi. Kalau kita amati panggung depan kita sudah sangat baik, karena diisi oleh parade kebaikan. Kontestan kita bicara soal gagasan dan keinginan memajukan negeri dengan berbagai argumentasi yang memikat.
Bahkan saya sering bilang kita sering menyaksikan panggung depan politik kita dihiasi dan dipoles dengan “menu” memikat dan parade pertandingan kesholeham politik para kontestan di depan rakyat, namun di saat yang sama panggung belakang kita masih diisi oleh perilaku-perilaku yang kurang baik dan cenderung merusak tatanan demokrasi.
Bahkan black market (pasar gelap) politik kita di pelihara di belakang panggung sebagai bagian dari strategi pemenangan untuk mempengaruhi pilihan politik rakyat. Oleh karena itu panggung depan kita harus sama dengan apa yang dikerjakan oleh politisi di panggung belakang sebagai prasyarat kita merawat harapan kemajuan bagi negeri. - Politik Uang Harus Jadi Musuh Bersama
Saya pernah menulis di salah satu media dengan judul Politik Uang (Cara Primitif Merayu Publik) sebagai bagian dari kegelisahan soal badai politik uang yang sedang melanda kontestasi kita. Politik uang telah menjadi salah satu cara mengkonversi suara menjadi kursi di dalam pertarungan politik merebut kuasa. Potret ini telah menjadi ancaman serius bagi pembangunan demokrasi kita.
Karena memang secara substansial politik uang itu membajak kemerdekaan setiap individu di dalam menentukan pilihannya. Politik uang adalah kejahatan paling mengancam demokrasi saat ini. Dulu kalau kita lihat intimidasi dalam proses politik itu lebih pada intimidasi fisik melalui kekuatan alat-alat negara, sekarang terjadi pergeseran bahwa intimidasi itu Sebagian besar telah berubah melalui kuasa uang sebagai alat mengintimasi Masyarakat kita.
Sehingga bagi saya, politik uang itu tidak boleh tumbuh dan mekar dalam lingkungan demokrasi yang sehat, karena menurut saya politik uang itu merusak tiga hal sekaligus, yaitu melecehkan nilai demokrasi, melecehkan nilai-nilai agama, dan melecehkan martabat kita sembagai manusia. Oleh karena itu, kalau kita ingin terus merawat harapan publik soal hadirnya mentari kemajuan, maka salah satunya adalah kita harus membunuh tumbuhnya politik uang. - Pertarungan Ide dan Gagasan
Menarik untuk mengingat Kembali Ketika Almarhum Rizal Ramli menceritakan soal salah satu walikota di Belanda yang marah Ketika ditanya berapa uang yang ia habisan saat mencalonkan walikota, karena menurut beliau ia terpilih menjadi walikota karena menjual ide dan gagasan. Artinya ide dan gagasan harus jadi kekuatan siapapun yang ingin maju menjadi kontestan dalam pilkada. Bagi saya ide dan gagasan adalah “kemewahan” dari
pertunjukan kontestasi. Kemewahan ini bukan hanya akan mengembalikan substansi dari kontestasi itu tapi di sisi yang lain ia menyehatkan publi
k, karena kontestasi diarahkan pada ide dan gagasan yang konstruktif.
Pikiran Masyarakat harus diselamatkan dan diberi asupan yang baik soal menentukan pilihan-pilihannya di TPS nanti. Bagi saya, memperbaiki proses sama dengan menyelamatkan hasilnya. Artinya, kalau kita ingin hasil yang baik dari proses kontestasi, maka kita harus memperbaiki proses kontestasinya. Salah satu perbaikan itu adalah dengan mengembalikan pertarungan pilkada itu pada pertarungan ide dan gagasan.
Oleh karena itu, saya kira kita semua ingin pilkada itu menghadirkan maslahat dan kebaikan bagi rakyat, serta meretas lahirnya pemimpin yang menghadirkan bahagia itu mewujud di rumah-rumah setiap warga miskin, karena dia merasakan hadirnya negara di setiap aktivitasnya. Aamiin. ***