Di tengah gelombang transisi energi global, satu pertanyaan mendesak muncul: mungkinkah industri tambang menjadi agen perubahan, bukan kerusakan?
RAHMAT KURNIAWAN / SULTENG RAYA
Dewasa ini, keberlanjutan dalam sektor pertambangan menjadi mutlak. Ia bukan hanya sekadar wacana, roadmap, atau isapan jempol semata. Kemajuan ekonomi yang dihasilkan dengan menggali perut bumi atas nama transisi energi, harus seiring-sejalan dengan praktik bertanggung jawab terhadap keberlangsungan lingkungan.
Pertambangan yang baik, tidak boleh hanya soal angka dan untung. Ia harus menjadi puisi – ditulis dengan kesadaran dan cinta pada alam. Sebab bumi bukan hanya menjadi warisan nenek moyang, tapi titipan untuk anak cucu.
PT Vale Indonesia Tbk., (PT Vale) Indonesia Growth Project (IGP) Morowali – bagian dari MIND ID mengamini hal tersebut.
Langkah nyata yang bijaksana dan bertanggung jawab, menjadi tantangan untuk orang-orang di PT Vale ketika meresmikan fase operasional di Bumi Tepe Asa Maroso itu, medio April 2025 lalu.
Bagi PT Vale, keberlanjutan adalah tanggungjawab moral. Dunia memutuhkan nikel, tapi dunia juga butuh masa depan yang berdampingan dengan alam lestari serta keberlangsungan umat manusia.
Saat ini, PT Vale IGP Morowali sudah menambang, sudah mengeruk mineral, sudah mengeruk nikel. Bersamaan dengan itu, infrastruktur keberlanjutannya pun telah disiapkan sedemikian rupa; sebut saja sedimen pondyang akan menjadi infrastruktur pengelolaan air limpasan tambang.
Praktik ini diadopsi dari infrastruktur mereka di Sorowako yang dinamakan Lamella Gravity Settler (LGS), sebuah pusat treatment air limpasan tambang sebelum membuangnya ke Danau Matano yang indah itu. Air yang sudah lulus uji baku mutu air, baru kemudian dialirkan ke hilir (sungai atau laut).
PT Vale tahu betul bahwa air adalah sumber kehidupan masyarakat, sudah barang tentu harus dijaga untuk keberlanjutan.
Ada juga fasilitas pembibitan (Nursery) untuk mendukung kegiatan reklamasi, yang juga terus dikebut. Hingga Mei 2025, pembangunannya telah mencapai 78,38 persen.
Nursery itu nantinya didapuk bukan hanya menjadi tempat tumbuh ribuan bibit pohon, tapi juga pusat pengetahuan ekologis yang menopang keberlangsungan reklamasi lahan pasca-tambang di wilayah konsesi.
“Dari persemaian inilah, PT Vale memulai perjalanan menuju lanskap yang lebih hijau, lestari, dan penuh kehidupan. Karena bagi kami, menambang dan menjaga alam adalah hal yang seiring,” kata Head of Project PT Vale IGP Morowali, Wafir.
Ihwal reklamasi, Wafir menyatakan, PT Vale IGP Morowali punya inovasi; perusahaan menerapkan metode hydroseedinguntuk mempercepat pertumbuhan vegetasi, mencegah erosi dan menjaga keberlanjutan lahan reklamasi. Metode ini juga membantu mengurangi debu, dan meningkatkan kualitas tanah.
Setiap bagian proyek dibangun dengan standar keselamatan, kualitas, kesehatan dan keberlanjutan yang tinggi – memastikan bahwa setiap tahapan dalam proyek berjalan dengan aman untuk mendukung kegiatan operasional jangka panjang. Andal dan efisien.
Hilir dari inovasi itu, PT Vale IGP Morowali telah melakukan kegiatan reklamasi, menyemai aksi di atas operasi. Pada April 2025 lalu, dalam semangat Hari Bumi 2025 yang mengusung tema “Our Power, Our Planet”, PT Vale IGP Morowali menegaskan komitmennya terhadap pelestarian lingkungan dengan melaksanakan penanaman pohon perdana di area reklamasi. Aksi ini dimulai bahkan sebelum fase produksi.
Sebanyak 360 bibit pohon ditanam di atas lahan seluas 6,2 hektar di Rasyidah N3, dari tota; target 4.427 bibit dan 19,3 hektar reklamasi sepanjang tahun ini.
“Kami ingin memastikan bahwa sejak langkah pertama, keberlanjutan menjadi inti dari operasional kami. Penanaman ini bukan hanya memperingati Hari Bumi, tetapi juga menjadi simbol komitmen jangka panjang kami dalam menjaga keseimbangan alam,” ungkap Wafir.