Oleh : Aulia Endini & Erna Widiastuty, Departemen Akuntansi Fakultas dan Bisnis Universitas Andalas.

Dalam rangka menghadapi persaingan yang ketat, perusahaan perlu memiliki keunggulan kompetitif terutama dalam hal transaparansi pelaporan bisnis. Pelaporan bisnis menyajikan informasi berupa perusahaan secara keseluruhan sehingga memiliki karakteristik yang sama dengan laporan tahunan. Laporan tahunan memberi gambaran komprehensif tentang operasi perusahaan, , dan prospek usaha. menyatakan bahwa laporan tahunan merupakan jembatan penghubung informasi perusahaan antara manajer dan pihak di luar organisasi. Laporan ini harus disusun dan disampaikan secara menarik sehingga dapat menarik minat pengguna laporan untuk membaca informasi tersebut. Pencapaian target dan kestabilan keuangan perusahaan umumnya menjadi faktor penentu apakah seseorang akan menanamkan modalnya di perusahaan atau tidak.

Adanya kecenderungan perhatian pada pencapaian target laba, memicu manajer untuk mengubah informasi laba demi kepentingan pribadi dan usaha. Praktik ini dikenal dengan manajemen laba (earnings management). Faktor utama yang memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba ialah sistem insentif. Manajemen laba merupakan tindakan oportunis manajer untuk mengitervensi informasi laba. Tindakan ini berasal dari pemanfaatan asimetri informasi dimana pihak internal yaitu manajemen memiliki informasi yang cukup dan kredibel dibandingkan pihak eksternal. Akibatnya manajemen dapat menutupi kondisi riil perusahaan agar kinerjanya selalu terlihat baik terutama di mata . Informasi-informasi negatif dikaburkan melalui penggunaan kata-kata yang kompleks. Praktik ini berdampak pada keterbacaan laporan tahunan perusahaan yang buruk dan sulit dibaca.

Di Indonesia, isu keterbacaan informasi laporan perusahaan sudah diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan () berdasarkan pada tentang bentuk dan isi laporan tahunan emiten atau perusahaan publik. Laporan tahunan disusun secara teratur dan informatif dalam bentuk gambar, grafik, tabel, dan diagram dengan mencantumkan keterangan yang jelas, sehingga mudah dibaca dan dipahami. Frasa “mudah dibaca” sendiri merujuk pada istilah keterbacaan yang berarti ukuran kemudahan dalam memahami teks yang berisi informasi. Keterbacaan merupakan tolak ukur pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. mengungkapkan bahwa sekitar 80% pengungkapan wajib dari laporan tahunan dipresentasikan oleh teks naratif. Hal ini memicu manajemen untuk memilah informasi yang ditampilkan agar citra perusahaan dapat dipandang baik oleh investor.

Pandemi masuk ke Indonesia pertama kali pada tanggal 2 Maret 2020, di Depok, Jawa Barat. Pandemi ini membawa dampak serius pada operasional perusahaan. Kebijakan lock down yang dilakukan pemerintah telah menghambat aliran rantai produksi dan distribusi barang dan jasa. Hal ini berdampak pada penurunan penjualan, kesulitan keuangan, bahkan saham menjadi fluktuatif. Tekanan keuangan perusahaan yang meningkat mendorong manajer untuk melakukan manipulasi informasi keuangan melalui praktik manajemen laba. Pada kondisi krisis, kemungkinan manajer melakukan praktik manajemen laba akan meningkat. Manajer berupaya mengelola laba perusahaan untuk menyembunyikan kerugian dan buruknya kinerja perusahaan selama periode krisis. Hal ini dilakukan untuk menghindari transmisi sinyal negatif ke pasar agar menjaga stabilitas pembiayaan dari pihak eksternal dan terhindar dari masalah likuiditas selama pandemi -19 . Guna menyembunyikan tindakan manajemen laba, tidak menutup kemungkinan manajemen akan menyajikan laporan tahunan dengan kata-kata yang rumit dan kompleks sehingga susah dibaca.

Setiap kebijakan dan keputusan bisnis yang diambil perusahaan tidak luput dari karakteristik CEO (Chief Excecutive Officer). CEO didefinisikan sebagai bagian tertinggi  yang bertanggung jawab secara penuh atas seluruh aktivitas operasional perusahaan. Latar belakang manajerial dan karier keuangan CEO diduga dapat memengaruhi kualitas pelaporan keuangan. Menurut  dan , CEO financial expertise memiliki kemampuan dalam menyusun laporan keuangan yang lebih baik, sehingga ia mahir dalam mencari peluang untuk melakukan praktik manajemen laba. Selain itu, CEO financial expertise juga memiliki percaya diri yang lebih tinggi dalam menaikkan dan memprediksi kinerja perusahaan. Pemahaman tersebut memicu CEO untuk melakukan praktik manajemen laba demi memeroleh sistem insentif yang lebih besar dan menjaga stabilitas keuangan perusahaan di mata investor. Akibatnya, keterbacaan laporan tahunan menjadi semakin rendah.

Dengan demikian, perusahaan perlu menyadari bahwa praktik manajemen laba berkaitan erat dengan buruknya keterbacaan laporan tahunan. Selain itu, periode krisis dapat memperparah praktik manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari transmisi sinyal negatif ke pasar dan menurunkan biaya litigasi. Penggunaan kata-kata yang rumit dan kompleks dapat menjadi mis-informasi bagi investor dalam mengambil keputusan investasi dalam perusahaan. Isu keterbacaan laporan tahunan merupakan faktor penting dalam menyajikan informasi perusahaan secara jelas sehingga mudah dibaca dan dipahami oleh pihak yang berkepentingan sejalan dengan surat edaran . ***