SULTENG RAYA –Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diminta membangun sebuah museum untuk dijadikan sebagai pengingat peristiwa gempa bumi, tsunami dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Donggala dan Sigi pada tanggal 28 September 2018.
Usulan ini disampaikan Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Palu, Yardin Hasan pada Media Gathering membangun sinergi antara Pers dengan pemangku kepentingan dalam proyek penyediaan perumahan dan infrastruktur pemukiman pascabencana Sulteng, Kamis (30/11/2023).
Menurut Yardin, museum itu dijadikan sebagai memori kolektif untuk mengenang ribuan korban pada peristiwa gempa Palu. Disamping itu, Museum Gempa Palu juga bisa dijadikan sebagai pusat edukasi kebencanaan di Sulteng.
“Selain program-program yang telah dicanangkan, saya kira ide pembangunan museum gempa perlu dibincangkan,”kata Yardin.
Usulan pembangunan museum gempa juga diungkapkan Sekretaris PWI Sulteng, Temu Sutrisno yang menyatakan pentingnya visualisasi dari peristiwa Gempa Palu untuk dijadikan pelajaran bagi generasi selanjutnya. Paling minimal kata Temu Sutrisno, bangunan pascabencana tidak semuanya dibongkar, ada sebagian yang sengaja dibiarkan untuk dijadikan sebagai saksi sejarah peristiwa maha dahsyat tersebut.
Menanggapi usulah itu, Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Sulawesi Tengah, Sahabuddin menyatakan ide itu sudah pernah dibahas. Hanya saja, untuk saat ini PUPR masih akan fokus pada pembangunan perumahan dan infrastruktur pemukiman pascabencana Sulteng.
Kedepan, kata Sahabuddin, wacana ini akan disampaikan kembali kepada menteri PUPR untuk ditindaklanjuti. WAN