SULTENG RAYA – Pelaksanaan Festival Persahabatan yang akan dilaksanakan di Kota Palu (30 Januari 2025 – 2 Februari 2025) sempat mengalami penolakan, hal itu dikarenakan kedatangan Dr. Peter Youngren yang selaku pembicara dalam festival tersebut menuai berbagai tanggapan.
Sejumlah organisasi masyarakat (ormas) Islam yang tergabung dalam Aliansi Umat Islam Sulawesi Tengah menolak pelaksanaan Festival Persahabatan yang menghadirkan Dr. Youngren sebagai pembicara utama.
Menanggapi hal itu, Dr. Youngren dalam konferensi pers yang dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Palu Rabu, (29/10/2025) menegaskan bahwa festival itu telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palu.
Selain itu, Festival tersebut telah mendapat perhatian dari berbagai pemimpin dunia, termasuk kepala negara dan tokoh-tokoh dari berbagai budaya, yang sebelumnya mengundang Dr. Youngren untuk mengadakan acara serupa di negara lain.
“Pemerintah memiliki otoritas untuk memberikan izin, dan kami hanya datang untuk melayani. Oleh karena itu, acara ini tetap akan dilaksanakan sesuai izin yang telah diberikan,” katanya.
Menanggapi penolakanya tersebut Dr. Peter Youngren menyatakan bahwa dirinya tidak pernah menganggap para demonstran sebagai pihak yang jahat.
“Saya yakin mereka melakukan protes dengan tulus berdasarkan keyakinan mereka. Namun, saya juga berpikir bahwa mereka belum mengenal saya secara benar. Mungkin mereka membandingkan saya dengan pendeta-pendeta lain yang pernah mereka dengar,” katanya.
Dirinya juga menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menganggap satu agama lebih baik dari agama lainnya.
“Dimana pun saya berada, saya tidak pernah berpikiran seperti itu. Saya percaya pada kebebasan beragama, dan sebagaimana mereka bebas untuk memprotes, kami juga memiliki izin resmi untuk menyelenggarakan Festival Persahabatan ini,” tambahnya.
Menurutnya tujuan utama Festival Persahabatan adalah menyampaikan pesan tentang kasih Tuhan yang universal dan tanpa diskriminasi.
“Kasih Tuhan sangat penting bagi kesehatan mental, keberhasilan, dan kehidupan yang damai. Jika kita memandang Tuhan sebagai sosok pemarah, itu akan memengaruhi cara kita menjalani hidup,” ungkapnya.
Dalam konferensi pers, Dr. Youngren membuka kesempatan bagi wartawan untuk mengajukan pertanyaan langsung mengenai festival ini. Dirinya juga menegaskan bahwa Festival Persahabatan terbuka bagi semua orang, tanpa ada batasan kelompok tertentu. Selain itu kata dia perbedaan adalah hal yang wajar, namun tetap harus dihormati.
“Saya tidak pernah membatasi siapa yang boleh hadir di acara saya. Di seluruh dunia, saya selalu menyambut siapa pun yang ingin datang. Dalam demokrasi, setiap orang punya hak yang sama untuk menentukan pilihannya. Saya juga tidak ingin memaksa siapa pun,” tegasnya.
“Kita semua memiliki banyak perbedaan, tetapi kita bisa tetap menghargai satu sama lain. Saya tidak mengatakan bahwa semua agama sama, tetapi kita harus bersikap dewasa dalam menyikapi perbedaan ini,” katanya.
Dirinya juga meyakini semua orang berhak menerima mukjizat dan penyembuhan.
“Ketika terjadi mukjizat atau kesembuhan, saya tidak merasa memiliki kekuatan khusus. Saya hanya berdoa dan menyaksikan keajaiban terjadi. Segala kemuliaan hanya milik Tuhan,” pungkasnya. JAN