Kemudian melalui dunia pendidikan dan penelitian, BBTNLL juga terus menggandeng dan mendorong instansi akademis seperti Untad, Unismuh dan Universitas lain untuk menjadikan TN Lore Lindu sebagai laboratorium alam untuk meneliti Maleo maupun topik penelitian lain yang mendukung upaya konservasi di TN Lore Lindu.
“Upaya-upaya konservasi tersebut tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak, untuk itu perlu dukungan berbagai pihak untuk mewujudkan kelestarian satwa kebanggaan sulawesi ini. Status konservasi Maleo tercatat dalam crittically endangered (kritis) oleh IUCN, ancaman perburuan dan tekanan terhadap habitat menjadi penyebabnya,” kata Kababes Titik, Jumat (21/11/2025).
Menurutnya, tantangan konservasi masih cukup besar. Tekanan terhadap habitat maleo kerap muncul akibat aktivitas perambahan, perburuan telur, serta gangguan manusia yang dapat mengganggu siklus reproduksi satwa tersebut.
“Maleo satwa yang unik, pun jadi simbol ekosistem hutan Sulawesi yang sehat. Karena itu, kami mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencintai dan melindungi satwa ini. Upaya konservasi tidak akan berhasil tanpa dukungan masyarakat,” tegasnya.
Titik menambahkan, masyarakat memiliki peran besar, baik melalui tidak mengambil telur maleo, menjaga hutan, maupun ikut serta dalam kegiatan penyadartahuan yang digelar bersama pihak taman nasional. Pemahaman publik yang semakin baik akan memberikan dampak positif terhadap keberlanjutan populasi maleo di masa mendatang.
Ia berharap, peringatan Hari Maleo Sedunia dapat meningkatkan kepedulian semua kalangan terhadap pentingnya menjaga satwa endemik yang menjadi bagian dari identitas ekologis Sulawesi Tengah.
“Kami ingin memastikan generasi mendatang masih dapat melihat maleo di habitat alaminya. Itu hanya bisa terwujud apabila kita bekerja bersama. Selamat Hari Maleo Sedunia, mari bersama kita berdiri untuk satwa kebanggaan dan maskot Sulawesi Tengah ini,” katanya. RHT