SULTENG RAYA- Sastrawan senior Hj. Mas’Amah menerima penghargaan bergengsi dari Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Tengah. Gelar Maestro Sastra Daerah disematkan kepadanya pada malam pembukaan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 tingkat Provinsi Sulawesi Tengah, Kamis (6/11/2025) malam.
Penghargaan tersebut menjadi bentuk apresiasi atas dedikasi dan konsistensi Hj. Mas’Amah dalam melestarikan, mengembangkan, serta membina bahasa dan sastra daerah di Sulawesi Tengah. Selama lebih dari empat dekade, pensiunan guru sastra MAN 1 Palu ini tak pernah lelah menulis dan menanamkan nilai-nilai literasi kepada generasi muda.
Balai Bahasa menilai, kontribusi Hj. Mas’Amah tidak hanya tampak dari produktivitasnya sebagai penulis, tetapi juga dari semangatnya membangun ekosistem sastra di daerah. Hingga kini, perempuan kelahiran Cirebon, 21 Desember 1958, itu telah menghasilkan 55 judul buku yang sebagian besar beredar luas, bahkan hingga ke luar negeri seperti Amerika Serikat.
Kecintaan Hj. Mas’Amah terhadap dunia sastra telah tumbuh sejak ia masih remaja di bangku SMA. Tulisannya kerap menghiasi Majalah Bobo, dan dari sanalah ia menumbuhkan keyakinan bahwa menulis adalah bagian dari panggilan hidupnya. Setelah hijrah dari Tanah Pasundan ke Kota Palu pada tahun 1977, ia mengabdikan diri sebagai guru sastra di madrasah, sembari terus mengasah keterampilan menulisnya.
Kegemarannya menulis tidak surut meski berpindah tanah kelahiran. Justru di tanah Kaili, semangatnya semakin berapi. Tulisan-tulisannya banyak mengisi rubrik opini di berbagai koran lokal di Palu. Ia dikenal sebagai penulis yang tajam dalam mengulas isu-isu agama, budaya, sosial kemasyarakatan, hingga politik.
Pada tahun 2010, kumpulan tulisan tersebut diterbitkan menjadi buku perdananya berjudul “Ilustrasi Politik Kancil”, yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat pembaca. Buku ini bahkan kembali dicetak ulang pada tahun 2012 karena tingginya permintaan. Sejak saat itu, produktivitasnya kian meningkat.