Karena itu, Rifki menegaskan bahwa pameran ini bukan sekadar mengenang tragedi, tetapi juga menjadi ruang refleksi. Sebab ini adalah momentum bagi seluruh pihak agar mulailah memiliki harapan baru meskipun itu akan tumbuh diatas patahan atau wilayah rawan terhadap bencana.
Sementara Kurator PFI Palu, Basri Marzuki menyampaikan bahwa pameran foto jurnalistik tersebut juga menjadi salah satu wadah untuk pengembangan foto jurnalistik di tanah air.
Pameran tersebut dinilai menjadi momentum penting khususnya bagi insan pewarta foto, sebab menjadi salah satu evaluasi terhadap setiap karya foto yang dihasilkan ketika peristiwa bencana alam atau non alam terjadi.
“Dari tema dan karya yang ditampilkan hari ini ada pesan tersirat yang ingin disampaikan bahwa para pewarta foto juga adalah manusia yang memiliki empati dan nurani sehingga tidak melulu soal korban yang harus di potret para pewarta foto,” jelas Basri.
Sebab, sambung pria yang akrab disapa BMZ itu menyampaikan, ada hal-hal lain yang tidak kalah menarik yang publik harus tahu tentang sisi lain dari bencana itu sendiri dan pantas untuk direkam sebagai sebuah karya jurnalistik.
Pewarta Foto senior Kantor Berita ANTARA tersebut juga berpesan agar dalam menghasilkan karya foto jurnalistik jangan pernah sesekali menghilangkan martabat pada setiap subjek foto. AMR