SULTENG RAYA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Sulawesi Tengah, menggelar panen raya padi di Desa Sibalaya Utara, Kecamatan Tanambulava, Kamis (4/9/2025).

Pada kesempatan itu, sekitar 500 Hektar sawah yang dipanen secara serentak di Sibalaya Utara. Dengan perkiraan 6,90 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar.

Panen berikutnya akan terus berlangsung hingga ribuan hektare, dari total luas lahan sekitar 16.209 hektar di Kecamatan Tanambulava.

Panen raya ini menjadi momen bersejarah bagi masyarakat Sigi, karena merupakan panen perdana setelah sistem irigasi yang hancur akibat gempa dan likuefaksi tahun 2018 kembali berfungsi normal.

Acara tersebut dihadiri Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid, Ketua TP-PKK Sulteng, Sry Nirwanti Bahasoan, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian RI, Andi Nur Alamsyah, Panglima Kodam XXIII/Palaka Wira, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Jonathan Binsar Parluhutan Sianipar.

Kehadiran mereka menjadi simbol dukungan penuh terhadap kebangkitan sektor pertanian di Kabupaten Sigi.

Bupati Sigi, Moh Rizal Intjenae, dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur mendalam atas keberhasilan masyarakat kembali menanam dan memanen padi di wilayah Sibalaya.

“Hari ini kami sangat bersyukur. Panen raya ini adalah yang pertama sejak diresmikan Presiden Joko Widodo dulu. Irigasi kami hancur karena gempa dan likuefaksi 2018, dan sekarang berkat dorongan Bapak Gubernur serta bantuan Balai Sungai, irigasi sudah pulih. Air lebih dari cukup, sehingga petani bisa menanam dan memanen serentak,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa pola tanam serentak menjadi kunci keberhasilan dalam mengurangi serangan hama yang selama ini merugikan petani.

“Biasanya petani menggunakan tali-tali pengusir burung. Tapi kali ini tidak perlu. Luasnya lahan yang dipanen bersamaan membuat hama bingung mau menyerang yang mana. Ini bukti bahwa tanam serentak sangat efektif,” jelas Rizal disambut tepuk tangan petani.

Meski capaian ini menggembirakan, Rizal tidak menutup mata bahwa masih ada kendala. Distribusi air irigasi belum sepenuhnya merata, terutama di titik-titik ujung yang hanya mendapat aliran pembuangan. Selain itu, keterbatasan alat mesin pertanian (alsintan) juga masih menjadi tantangan.

“Kemarin kami mendapat bantuan satu unit combine harvester. Namun, dengan luas panen yang ada, kami masih membutuhkan setidaknya dua unit tambahan. Ini sangat penting untuk mempercepat panen dan mengurangi kerugian petani,” tegasnya.