Ia menambahkan bahwa kedamaian bukanlah warisan yang datang dengan sendirinya, melainkan amanah yang terus dirawat dengan kasih.Menurutnya, keragaman harus dijaga dengan bijak, dan diperjuangkan bersama-sama.

Dalam kesempatan itu, Prof. Zainal juga menyoroti insiden kekerasan dan perusakan rumah ibadah yang terjadi baru-baru ini di Padang, Sumatera Barat, dan menjadi sorotan luas di media sosial.

“Kejadian seperti itu adalah ancaman serius terhadap kebhinekaan kita. Ini harus menjadi perhatian dan tanggung jawab bersama, termasuk pemerintah dan tokoh agama di seluruh daerah,” ujarnya.

Menurutnya, kegiatan Silatnas FKUB penting sebagai wadah penguatan jejaring tokoh lintas agama dan koordinasi nasional dalam mencegah konflik bernuasa SARA, serta mempromosikan dialog lintas iman yang konstruktif menuju Indonesia emas 2045 mendatang.

Kehadiran FKUB Sulteng dalam Silatnas ini mencerminkan peran aktif daerah ini terus menjaga kerukunan umat beragama, sekaligus menunjukkan kesiapan bersama menyongsong visi Indonesia Emas 2045 dengan pondasi persatuan dan toleransi. AMR