Kolonel Ary juga mengingatkan berbagai tantangan zaman, seperti radikalisme, intoleransi, krisis moral, serta lunturnya nilai budaya lokal, yang dapat mengancam identitas kebangsaan jika tidak dihadapi dengan kesadaran bersama.

“Bela negara bukan hanya urusan militer. Ini soal sikap, perilaku, dan tindakan nyata menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan rakyat. Ini tugas kita bersama,” tegasnya.

Ia juga menekankan keterkaitan antara jati diri dan bela negara. Menurutnya, tanpa pondasi jati diri yang kuat, semangat bela negara akan kehilangan arah. Sebaliknya, bela negara adalah bentuk nyata menjaga dan merawat identitas bangsa.

Kolonel Ary mengajak para dosen untuk mengaktualisasikan nilai bela negara dalam kehidupan kampus, seperti menolak paham radikal, mencintai produk lokal, serta menghidupkan semangat gotong royong dan toleransi.

“Mahasiswa itu agen perubahan dan pewaris nilai luhur bangsa. Dosen punya peran kunci untuk membentuk mereka menjadi generasi tangguh dan adaptif yang tetap berpijak pada nilai-nilai kebangsaan,” jelasnya.

Acara ini menjadi bagian dari persiapan Universitas Tadulako menyambut mahasiswa baru 2025 dengan pendekatan yang tidak hanya akademik, tetapi juga membangun karakter dan kecintaan terhadap Tanah Air.*/YAT