“Untuk itu, kader-kader HMI harus lebih survive dan kreatif menghadapi segala perubahan yang begitu cepat. Contoh konkret dari kebijakan ini adalah banyaknya sarjana lulusan perguruan tinggi terkena dampaknya, serta minimnya ruang pekerjaan yang tersedia,” katanya.
Irwan mengatakan, HMI sebagai organisasi perjuangan, wajib menjaga marwah, kesolidan dan nalar kritisnya, sekaligus mampu memberikan solusi nyata pada pembangunan daerah.
“Jadi kader HMI, harus mempertahankan budaya baca, kemudian membuat tulisan-tulisan di media cetak dan online terus dimasifkan, ini sebagai salah satu karakter insan akademis,” jelasnya memberi Motivasi.
Pada kesempatan itu, Irwan Lapatta turut dampingi dua tokoh muda Eks Aktivis HMI yaitu Syarif Abdullah Harun dan Mahamudin Ahmad.
Syarif Abdullah Harun merupakan pengurus Majelis Nasional KAHMI sekaligus Koordinator Presidium Kesatuan Aktivis Pergerakan Parigi Moutong Indonesia (KAPPMI), sementara Mahamudin Ahmad merupakan mantan Ketum HMI Cabang Palu dan Pengurus MD KAHMI Parigi Moutong.
Pada kesempatan itu, Syarif Abdullah Harun mengatakan bahwa di HMI, aktivitas perkaderan merupakan kewajiban, bukan program kerja. Sehingga, kata dia, perkaderan HMI perlu mengikuti semangat zaman tanpa kehilangan identitas mission HMI.
Kehadiran alumni/KAHMI merupakan keharusan sebagai upaya konsultatif, inspiratif dan motivasi bagi keberlangsungan perkaderan.
“Kanda Irwan Lapatta merupakan salah satu kader/Alumni HMI Sulteng yang punya rekam jejak integritas kepemimpinan yang baik. Salah satu inspiratif perjuangan kader-kader HMI, sekalipun ada dimana-mana tapi ke mana-mana. Itulah mengapa HMI punya spirit berhimpun dan bersahabat lebih dari saudara,” tutur Sekum MD KAHMI Parigi Moutong itu. *WAN