Pagi itu, cuaca Kota Palu sedikit mendung dan berawan. Aktivitas di jalanan pun masih belum padat. Maklum bulan puasa. Tepatnya hari Senin tanggal 17 Maret 2025, sekira pukul 07.30 Wita, seorang bocah 7 tahun, kelas 1 SD, tiba di sekolah kebanggaannya, SD Negeri 4 Palu. Sang bocah diantar oleh bundanya. Tidak ada perasaan sang Bunda bahwa hari itu menjadi hari terakhir sang anak masuk sekolah.
—————-
LAPORAN: Fery eL Shirinja.
—————-
NAMANYA Muhammad Al-Farizi, bocah lincah ini, langsung bergegas ke kelasnya setelah punggung Bundanya hilang dari pandangan. Sang bunda langsung balik kanan, setelah memastikan, sang buah hati berada dalam pagar sekolahnya, SD Negeri 4 Palu.
Siapa sangka, dua “senior” mendatangi Al-Farizi yang baru meletakkan tasnya dalam kelas. Entah, seperti apa kejadiannya bermula, tiba-tiba terjadilah aksi perundungan itu. Al-farizi, “dikeroyok” dua kakak kelasnya, N dan A, siswa Kelas 2 dan Kelas 3 di sekolah tersebut.
Namun kejadian itu, awalnya menurut Basuki Jamal, ayah Al-Farizi, tidak satupun guru yang tahu, sehingga dia beranggapan bahwa pihak sekolah terkesan tidak serius. Bahkan terkesan menganggap hanya candaan anak-anak saja. Menurut cerita dari Basuki Jamal, setelah kejadian itu, pihak sekolah hanya sekadar mendamaikan dua seniornya dengan Al-Farizi. Setelah itu, selesai. Aktivitas KBM pun berjalan seperti biasanya di bulan Ramadhan yang dimulakan pukul 08.00 Wita.
Saat tiba waktu pulang sekolah, tidak ada yang memperhatikan Al-Farizi sudah pulang atau belum. Orangtuanya tidak sempat menjemput buah hati mereka hari itu, karena ada urusan penting. Maka dimintalah teman perempuan kakaknya (baca: Pacar) untuk menjemput Al-Farizi. Awalnya tidak ditemukan di tempat biasa. Bahkan tidak ada di halaman sekolah, padahal teman-temannya sudah pada pulang semua. Setelah dicari di kelasnya, ditemukan Al-Farizi oleh calon kakak Ipar, sedang tertidur dan kesakitan di bagian kepala.