Namun dia mengingatkan, agar euforia itu tidak boleh melupakan satu hal penting, yakni keberlanjutan.
Ekspor perdana nanti kata Fara, bisa menjadi batu loncatan atau justru menjadi cerita sesaat jika tidak dibarengi dengan disiplin kualitas dan standar mutu.
“Negara Tiongkok adalah pasar yang menjanjikan, tapi juga memiliki standar ketat terhadap pangan,” katanya.
Lanjut Fara mengatakan, dengan semua potensi yang dimiliki, tidak berlebihan jika Kabupaten Parmout disebut tengah menuju status sebagai sentra pengembangan durian modern skala nasional. Transformasi ini katanya, bukan hanya tentang pertanian, tetapi tentang reposisi ekonomi daerah yang lebih visioner dan kompetitif di panggung dunia.
“Durian yang dulu hanya dikenal sebagai buah khas lokal, kini menjadi komoditas strategis nasional. Ekspor ke Tiongkok bukan akhir, melainkan gerbang awal menuju pasar global lainnya,” jelasnya.
Dia berharap, seluruh pihak yang terlibat dan para stakeholder di Kabupaten Parmout, lebih aktif dan progresif dalam menyambut dan merespon momen bersejarah ini.
“Ayo kita buktikan bahwa kita mampu menjadikan Kabupaten Parigi Moutong sebagai sentra pengembangan durian di Indonesia, demi kesejahteraan kita bersama,” pungkasnya. */AJI