Program ini katanya tidak hanya bertujuan untuk membekali masyarakat umum dengan kemampuan berkomunikasi dengan penyandang tuna rungu, tetapi juga sebagai upaya memberdayakan kaum difabel. Menurutnya, ketika anggota komunitas difabel diberikan kepercayaan untuk mengajar, hal itu akan menumbuhkan rasa percaya diri dan memperkuat peran mereka di tengah masyarakat.

“Ini bukan sekadar pelatihan, tapi juga bentuk pengakuan atas kapasitas teman-teman difabel. Mereka mampu berdiri di depan dan membagikan pengetahuan kepada masyarakat luas,” lanjutnya.

Peserta kegiatan berasal dari berbagai profesi, mulai dari guru, mahasiswa, pegawai pemerintahan, hingga aktivis sosial. Semangat belajar mereka pun terlihat tinggi dalam setiap sesi pelatihan, dengan harapan dapat lebih inklusif dan komunikatif dalam interaksi sosial.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Palu berencana untuk memperluas kegiatan ini jika antusiasme masyarakat terus meningkat. Bahkan, Syamsul membuka kemungkinan untuk mengintegrasikan pelatihan bahasa isyarat dalam program literasi berkelanjutan yang selama ini telah digagas oleh dinas.

“Jika minat terus bertambah, kita akan buat ini jadi agenda rutin. Ini bagian dari komitmen kami untuk mendorong inklusivitas dalam semua aspek kehidupan, termasuk literasi dan komunikasi,” ujar Syamsul.ENG