SULTENG RAYA – Keributan di salah satu hotel di Kota Makkah tempat kloter 14 BPN menginap bersama kloter 8 BPN Jemaah Haji Asal Sulawesi Tengah (Sulteng), kini berbuntut panjang. Pasalnya, Owner Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Babussalam, H. Mustamin Umar menegaskan, dirinya akan menempuh jalur hukum dengan cara melaporkan salah satu Jemaah Haji Kloter 14 BPN inisial AC ke pihak kepolisan setibanya di tanah air, Indonesia pada tanggal 6 Juli 2024 mendatang.
Laporan tersebut, dilayangkan karena saat peristiwa itu terjadi, H. Mustamin mengalami kekerasan fisik di kepala hingga memar, diduga dilakukan oleh salah satu Jemaah Haji Kloter 14 BPN inisial AC. “Insya Allah, setiba di tanah air, Indonesia akan saya laporkan ke Polisi,” tegas H. Mustamin, Ahad (23/6/2024).
Tindakan yang dilakukan AC bersama rekan-rekannya menurut H. Mustamin sudah di luar dari toleransi. Pasalnya, jatah makan Jemaah kloter 8 BPN ditahan tanpa alasan yang jelas. Jika pun ada kondisi keterlambatan distribusi air dan makanan yang dialami oleh kloter AC yakni kloter 14 BPN, itu adalah urusan internal kloter 14 BPN, karena kloter 8 BPN tidak mengalami kendala distribusi air, kloter tempat H. Mustamin (sebagian besar Jemaah kloter 8 BPN adalah Jemaah KBIH Babussalam).
Seharusnya sebut H. Mustamin, urusan yang ada di kloter 14 BPN sebaiknya diselesaikan secara internal dan baik-baik tanpa harus memprovokasi kloter lain. Karena kloter lain dalam kondisi baik-baik saja, dan jika pun ada kendala yang dialami oleh kloter 8 BPN, jemaah kloter 8 BPN dapat memaklumi, mengingat kondisi seperti itu kerap terjadi saat menjelang keberangkatan ke Arafah dan sehari setelah dari Arafah, karena ada jutaan manusia yang tengah melakukan pergerakan secara bersamaan, kemacetan terjadi dimana-mana.
Namun sayang, kondisi tersebut tidak dipahami dengan baik oleh AC bersama rekan-rekannya, sebagai bentuk protes AC bersama rekan-rekannya ke petugas Haji, mereka menahan dan melarang dilakukan pembagian makanan termasuk jatah makanan kloter 8 BPN sebelum menghadirkan dan menanyakan sejumlah hal ke petugas haji.
“Saya datang ke ruangan itu (tempat keributan terjadi) karena dipanggil oleh Ketua Kloter 8 BPN, karena jatah makanan kloter 8 BPN ditahan oleh salah seorang Jemaah Haji yang bukan anggota kloter 8 yang komplen karena merasa ada keterlambatan distribusi air,” sebutnya.
Namun sayang, kedatangannya justru memicu situasi semakin memanas. Saat H. Mustamin masuk ke dalam ruangan menanyakan penyebab keributan dan apa yang diributkan. Pertanyaan tersebut malah memantik suasana semakin memanas dan nyaris terjadi adu jotos antara Jemaah, bahkan H, Mustamin mengalami kekerasn fisik.
Kepala Sektor 11 Daker Makkah Kanwil Kemenag Sulteng, H. Muchlis Aseng menanggapi peristiwa tersebut, apa yang diprotes itu benar. Adanya kekurangan jatah air minum salama dua hari menjelang ke Arafah yakni tanggal 12 dan 13 Juni dan satu hari setelah kembali dari Mina yakni tanggal 19 Juni.
Kondisi itu terjadi disebabkan karena terbatasnya akses bagi catering mendroping makanan dan minuman karena banyaknya ruas jalan yang ditutup oleh polisi Arab Saudi. “Saya selaku Kasektor telah menindaklanjuti keluhan AC dan rekan-rekannya terkait itu ke seksi Catering Daker. Sebenarnya hal itu juga dialami oleh jemaah haji kloter 8 BPN yang satu hotel dengan AC yang tergabung di Kloter 14 BPN, hanya saja kloter 8 BPN tidak mempersoalkan,” sebut Muchlis Aseng.
Lebih lanjut kata Muchlis Aseng, pada saat AC dengan rekan-rekannya melakukan aksi penghakiman kepada petugas catering sebagaimana di video, sebenarnya distribusi air dalam jumlah yang besar sudah ada, makanan pun sudah tiba. Hanya saja AC melarang dilakukan pembagian makanan dan minuman dengan alasan mau mengadili petugas catering, bahkan meminta Kasektor untuk dihadirkan.
“Ada bahasa yang muncul terekam di video mau dilempar ke jendela itu makanan dan minuman, atas perlakuan ini, kami petugas haji sudah dibekali untuk sabar menerima seburuk apa pun perlakuan jemaah, karena kami berkomitmen memberikan layanan terbaik kepada jemaah haji,” sebutnya lagi.
Kepala Kantor Kanwil Kemenag Sulteng, Ulyas Taha mengatakan, tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa atas peristiwa tersebut, namun ini menjadi pembelajaran bagi semua, baik petugas maupun jemaah, bahwa dalam penyelenggaraan haji harus ada kerjasama dan saling pengertian. Petugas juga itu adalah manusia biasa.
“Untuk itu mudah-mudahan ini tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Mari kita saling memaafkan antar sesama saudara seiman, apalagi baru selesai menunaikan ibadah haji. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita dan menerima haji kita,” ujar Kakanwil. Disisi lain, beredar tangkapan layar komunikasi WhatsApp yang memberikan support dan dukungan kepada H. Mustamin yang dinilai telah memberikan pembelaan kepada petugas haji yang telah mendapat penghakiman dari AC dan rekan-rekannya diantaranya dari Mantan Kakanwil Kemenag Sulteng, Mohsen, menulis dalam pesan WhatsApp jika banyak rekan-rekannya di Daker Makkah merasa senang ada KBIH yang membela petugas.ENG