SULTENG RAYA- Kepala SMAN 4 Palu, Syam Zaini menilai persoalan penanganan bullying tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, melainkan menjadi tanggung jawab bersama, baik itu sekolah, orang tua, termasuk di dalamnya adalah pemerintah.
Karena jika ingin mencegah terjadinya bullying itu, semua komponen ini harus bergerak bersama, pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan harus bisa bergerak memfasilitasi peserta didik, guru, dan orang tua untuk mendapatkan penguatan terkait penanganan dan pencegahan bullying itu.
Untuk SMAN 4 Palu sendiri katanya, sejak 2021 telah menjadi sekolah penggerak dan sekolah anti bullying serta sekolah ramah anak, dimana sekolah ini telah terbentuk agen-agen anti bullying di tingkat peserta didik, mereka adalah peserta didik yang terlatih hingga masuk dalam bagian satgas anti bullying di sekolah itu.
“Di SMAN 4 Palu, ada beberapa guru telah dilatih menjadi pembina anti bullying, mereka inilah selanjutnya melatih peserta didik pilihan menjadi agen-agen anti bullying di tingkat pelajar, sekaligus bagian dari satgas anti bullying itu sendiri,”sebut Syam Zaini, Senin (2/10/2023).
Berdasarkan pengalaman dan sumber daya yang dimiliki itu, SMAN 4 Palu siap mengambil bagian untuk mengimbaskan penanganan anti bullying itu di satuan pendidikan yang membutuhkan. Mengingat bullying sangat berdampak bagi psikologi korbannya, sehingga tidak heran jika ada korban yang nekat melakukan bunuh diri.
Sekadar informasi, berdasarkan data yang dimuat Republika. Com per 4 Agustus 2023, tercatat 16 kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Kasusnya terjadi di jenjang pendidikan SD (25 persen), SMP (25 persen), SMA (18,75 persen), SMK (18,75 persen), MTs (6,25 persen), dan pondok pesantren (6,25 persen). Sementara jumlah korban perundungan di satuan pendidikan selama Januari-Juli 2023 total 43 orang, yang terdiri dari 41 peserta didik (95,4 persen) dan dua guru (4,6 persen). Adapun pelaku perundungan didominasi oleh peserta didik, yaitu sejumlah 87 peserta didik (92,5 persen). ENG