Dr. Ir. Hj. Sri Jumiyati., S.P., M.Si., IPM., Asean Eng*
(*Penulis adalah Dosen pada Prodi Magister Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palu-Artikel berdasarkan hasil penelitian melalui Skema pembiayaan Hibah Kemdiktisaintek Tahun 2025 )
Kecamatan Palolo merupakan sentra produksi jagung di Kabupaten Sigi dengan jumlah produksi 12.878 ton dan memiliki luas panen 2.683 hektar pada tahun 2022. Kecamatan Palolo memiliki potensi besar yaitu kondisi geografis dan iklim yang mendukung pengembangan usahatani jagung. Disamping itu, produksi jagung sepenuhnya masih diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, bahkan kegiatan impor jagung sampai saat ini masih cukup besar.
Masih tingginya kebutuhan komoditas tersebut merupakan suatu indikasi bahwa peluang pengembangan jagung dalam negeri relatif besar. Pengembangan usaha tani jagung tidak akan terlepas dari sistem agribisnis komoditas itu sendiri, karena tidak semua petani mengusahakannya untuk dikonsumsi sendiri. Pengembangan agribisnis jagung di Kecamatan Palolo membutuhkan teknologi produksi benih unggul, penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang efisien, kebijakan yang mendukung investasi, kerjasama keuangan, dukungan teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta dukungan kegiatan pasca panen dan pemasaran.
Namun realitas di lapangan menunjukkan bahwa semua aspek tersebut masih terbatas khususnya yang terkait dengan input budidaya, kapasitas penyuluh pertanian dan akses finansial. Masyarakat sekitar hutan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian termasuk kegiatan pengembangan agribisnis jagung. Selain masalah sosial ekonomi, pengembangan agribisnis jagung dihadapkan pada masalah lingkungan yaitu terjadinya degradasi fungsi hutan dan lahan yang mengalami erosi dan sedimen tinggi serta menciptakan lahan kritis.
Degradasi lahan yang terjadi diakibatkan manajemen usahatani yang tidak berkelanjutan, khususnya penggunaan pestisida dan pupuk kimia pada praktik pertanian monokultur yang mengakibatkan pencemaran tanah dan air yang akan mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Meskipun berbagai kebijakan pemerintah yang bermaksud mendorong perekonomian rakyat telah dilakukan, namun masih banyak masyarakat di sekitar hutan yang hidupnya dalam kemiskinan, baik yang berdomisili di dalam maupun di luar kawasan hutan.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, diperlukan penelitian untuk menganalisis model agribisnis jagung yang tidak hanya dapat memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat tetapi juga dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan meningkatkan produksi untuk mendukung hilirisasi komoditi jagung berkelanjutan.
Hilirisasi Jagung Berkelanjutan