SULTENG RAYA – Bonus demografi hanya akan menjadi peluang singkat, bahkan dapat berubah menjadi “boncos” atau merugi, jika pemerintah dan generasi muda tidak siap dalam perencanaan pembangunan. Pesan itu menjadi sorotan utama Sekretaris Utama Kemendukbangga/BKKBN, Prof. Budi Setiyono, S.Soc., M.Pol.Admin., Ph.D, saat tampil sebagai narasumber pada Kegiatan Kuliah Tamu Demografi dalam Perencanaan Pembangunan Pemerintah untuk Mencapai Indonesia Emas 2045 yang digelar Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, belum lama ini.

Prof. Budi menegaskan bahwa bonus demografi selama ini kerap disalahartikan seolah-olah sebagai keuntungan otomatis bagi negara.

“Banyak yang menganggap bonus demografi itu seperti diskon, voucher, atau gratis. Padahal bukan itu. Bonus demografi adalah lintasan peristiwa yang sangat pendek dan hanya terjadi sekali. Kalau salah kelola, bukan bonus tetapi boncos,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan tingginya kelahiran 4,8 juta bayi setiap tahun menuntut pemerintah menyiapkan lapangan pekerjaan dalam jumlah sepadan. Jika tidak, bonus demografi berpotensi memunculkan gelombang pengangguran, terutama di usia 15-24 tahun yang saat ini tingkat penganggurannya mencapai 17,45 persen.