Kemenduk bangga Sulteng Kunjungi Dapur Sehat Makan Bergizi

SULTENG RAYA – Kepala Kementerian Kependudukan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN Perwakilan Sulawesi Tengah, Tenny Calvenny Soriton, mengunjungi salah satu Dapur Sehat Makan Bergizi Palu yang sedang berlangsung pemberian Makanan bergizi bagi anak sekolah, di Kecamatan Tatanga, Rabu (5/2/2025).

Tenny dan jajaran mengunjungi Dapur Sehat Tatanga berada di Yayasan Bina Insan Palu yang menjadi mitra BGN dalam pengelolaan makanan bergizi dan menyaksikan pembagian makanan kepada anak-anak TK. Yayasan ini memiliki jenjang pendidikan mulai dari PAUD hingga SMA.

Kedatangannya disambut hangat oleh Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Sulteng, Andre Paschal Lapod, Kepala Sekolah TK/PAUD Yayasan Bina Insan Palu Eunike Wahyuningsih dan Sekretaris Yayasan.

Tenny menegaskan, kunjungan tersebut bertujuan untuk memperkuat kerja sama dan koordinasi dalam percepatan penurunan stunting di Sulteng. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berada di bawah pengelolaan Badan Gizi Nasional (BGN) memiliki sasaran yang serupa dengan Kemendukbangga.

“Program MBG yang dikelola oleh BGN memiliki sasaran yang sejalan dengan Kemendukbangga. Oleh karena itu, sinergi yang kuat sangat diperlukan agar pencegahan stunting dapat berjalan optimal dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat, khususnya anak-anak yang membutuhkan asupan gizi yang cukup,” ujar Tenny, yang hadir didampingi oleh Ketua Tim Kerja Hubungan Antar Lembaga, Advokasi, Komunikasi Informasi Edukasi, dan Kehumasan, Budiman Jaya.

MEKANISME PROGRAM DAN PEMBERDAYAAN LOKAL

Sementara itu, Kepala SPPG Sulteng, Andre menjelaskan, bahwa saat ini, sasaran program MBG telah mencakup 824 siswa di Sekolah Bina Insan Palu. Perluasan ke sekolah lain masih menunggu ketersediaan peralatan makan.

“Saat ini, baru sekolah Bina Insan Palu yang mendapatkan bantuan karena masih menunggu peralatan makan. Setelah itu, program ini akan menjangkau sekolah-sekolah lain. Kami targetkan minimal 3.000 hingga maksimal 3.500 siswa,” ujar Andre.

Berbeda dengan dapur di Tatanga yang bekerja sama dengan mitra, BGN juga memiliki dapur sendiri yang memanfaatkan lahan Kodim. Di Palu, Dapur Kodim 1306/Donggala yang terletak di Asrama Kodim No. 11 Palu telah menjangkau 2.725 siswa sekitaran Kota Palu.

Andre menjelaskan, program ini melibatkan pedagang lokal dalam penyediaan bahan makanan untuk memastikan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, program ini tidak menyediakan susu kotak, melainkan susu sapi segar untuk mengurangi limbah dan mendukung peternak lokal. Jika susu segar tidak tersedia, maka sumber protein digantikan dengan telur atau ayam.

“Kalau di Dapur Kodim, bahan makanan diperoleh dari pedagang sekitar, sedangkan di Tatanga melalui pasar Inpres,” jelasnya.

“Untuk menjaga kebersihan dan keamanan makanan maka transportasi yang di gunakan haruslah kendaran tertutup agar makanan tetap steril saat distribusi,” ujarnya menambahkan.

FOKUS PADA KUALITAS GIZI, BUKAN SEKADAR BANYAKNYA MAKANAN

Andre menekankan bahwa program tersebut bukan sekadar memberikan makanan dalam jumlah besar, tetapi memastikan bahwa kualitas gizi mencukupi kebutuhan anak-anak.

“Makanan yang diberikan bukan hanya untuk mengenyangkan, tetapi harus bergizi. Jika anak-anak terbiasa makan dalam porsi besar tanpa memperhatikan nutrisi, tentu tidak akan cukup. Oleh karena itu, kami lebih fokus pada edukasi gizi dan pemenuhan nutrisi yang tepat,” ungkapnya.

Sejalan dengan itu, Tenny juga menegaskan bahwa setiap makanan yang disediakan harus memiliki kandungan nutrisi yang cukup, bukan sekadar makanan ringan atau porsi besar tanpa gizi yang memadai.

“Yang lebih penting adalah kandungan gizi yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan harian mereka. Bukan hanya dalam jumlah besar, tetapi minim kandungan gizi,” ujar Tenny.

Tenny menjelaskan, pada program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting, pihaknya menyasar hingga by name by address. Menteri juga menginstruksikan untuk memastikan asupan gizi benar-benar sampai ke mulut penerima manfaat, dengan pendampingan dari kader dan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB).

“Ke depannya, program ini akan diperluas untuk ibu hamil, balita, dan ibu menyusui semoga lintas sektor bisa berkolaborasi dengan pendekatan yang berkelanjutan” katanya. JAN