SULTENG RAYA — Mahasiswa dari Program Studi Akuakultur Universitas Tadulako (Untad) menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan mengadakan kegiatan bersih-bersih dengan mengangkat tema “Tanpa Sampah Kita Selamatkan Pantai Teluk Palu”di Pantai Talise dan kawasan konervasi mangrove Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Ahad (3/10/2024).
Giat tersebut diikuti 63 mahasiswa beserta beberapa dosen pembimbing yang turut mendampingi yang menjadi bentuk komitmen menjaga kelestarian lingkungan, khususnya ekosistem pesisir yang kian terancam oleh sampah plastik dan limbah lainnya.
Setelah apel pembukaan, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing diberi area tanggungjawab. Dengan semangat yang tinggi, mereka menyisir setiap sudut pantai untuk mengumpulkan berbagai jenis sampah yang terserak.
Sampah-sampah yang dikumpulkan mulai dari plastik pembungkus, botol minuman, sedotan, hingga puntung rokok dan popok bayi yang banyak tersebar di sepanjang pantai Talise dan area konservasi mangrove Mamboro.
Ketua Panitia kegiatan, Menurut Aushaf, aksi bersih pantai merupakan salah satu program rutin tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Akuakultur.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kami sebagai mahasiswa, sekaligus masyarakat, terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Laut dan pantai adalah aset berharga yang perlu kita jaga agar tetap lestari. Apalagi Pantai Talise merupakan salah satu pantai ikonik di Kota Palu yang menjadi destinasi wisata. Kami berharap, dengan kegiatan ini, dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan,” jelas Aushaf.
KETERLIBATAN MAHASISWA DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
Para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini tampak antusias dalam mengumpulkan sampah, meski cuaca terik di pagi hari sempat menjadi tantangan tersendiri. Beberapa dari mereka bahkan datang lebih awal untuk mempersiapkan peralatan seperti sarung tangan, kantong sampah, dan alat pengumpul lainnya.
Salah seorang peserta kegiatan mengungkapkan kebanggaannya bisa ikut terlibat dalam aksi bersih pantai ini.
“Kami sebagai mahasiswa Akuakultur merasa memiliki tanggung jawab moral untuk melindungi lingkungan pesisir dan laut. Dengan kegiatan ini, kami bisa berkontribusi nyata sekaligus belajar lebih dekat dengan ekosistem pantai yang menjadi fokus kajian kami di program studi,” ujarnya.
Selain pengumpulan sampah, dilakukan juga pendataan sampah oleh mahasiswa dibawah bimbingan Dr. Ir. Irawati Mei Widiastuti,. M.Si, Ketua Program Studi Akuakultur, Untad.
Berdasarkan perhitungan setelah pemilahan jenis, diperoleh hasil sampah plastik sejumlah 93% yang berupa gelas plastik, plastik kemasan makanan, sedotan plastik, sendok plastik dan potongan-potongan plastik lainnya, hanya 7% yang berupa kayu, karet atau kain. Hasil itu menandakan bahwa sampah plastik merupakan penyumbang terbesar sampah di pantai Talise.
Menurut Irawati Mei Widiastuti, banyak sampah plastik yang dikumpulkam merupakan bekas kemasan pengunjung Pantai Talise. Ia menambahkan, masih sangat kurang kesadaran para pengunjung pantai Talise untuk membuang sampah pada tempatnya.
AKSI BERSIH DI KAWASAN MANGROVE MAMBORO
Sementara itu, kawasan mangrove Mamboro dinilai sangat penting karena berfungsi sebagai penahan abrasi, rumah bagi berbagai biota, serta penyaring alami limbah sebelum masuk ke laut.
Kegiatan di Mamboro juga difokuskan pada penanganan sampah-sampah plastik dan limbah yang tersangkut di antara akar-akar pohon mangrove dan dipinggir pantai.
Mahasiswa terlihat bekerja sama membersihkan sampah-sampah tersebut dengan hati-hati agar tidak merusak akar mangrove yang rentan. Mereka juga mengumpulkan data sampah untuk keperluan pendataan dalam bidang lingkungan dan akuakultur.
Salah seorang dosen pembimbing, Roni Hermawan menuturkan, kegiatan bersih-bersih di kawasan mangrove ini sangat relevan dengan bidang studi akuakultur.
“Mangrove memiliki peranan penting dalam ekosistem pesisir karena selain sebagai habitat berbagai organisme (nursery ground), mereka juga berfungsi sebagai penyaring alami dan menjaga kualitas air laut. Dengan melakukan kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya membersihkan lingkungan, tetapi juga belajar mengenai ekosistem mangrove secara langsung,” ujar Roni.
DAMPAK POSITIF BAGI MAHASISWA DAN LINGKUNGAN
Aksi bersih pantai dan kawasan mangrove ini tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga memberikan pengalaman berharga bagi para mahasiswa. Mereka mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan alam dan memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan pesisir. Kegiatan ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan rasa solidaritas dan kerjasama antar mahasiswa.
Salah seorang mahasiswa mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari kegiatan ini. “Saya jadi lebih sadar betapa besar dampak yang bisa ditimbulkan hanya dari satu sampah plastik yang kita buang sembarangan. Semoga masyarakat juga ikut tergerak untuk menjaga kebersihan lingkungan, karena kami tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada kerja sama dari semua pihak, terutama masyarakat sekitar,” ungkap mahasiswa tersebut.
HARAPAN UNTUK MASA DEPAN
Di akhir kegiatan, seluruh peserta berkumpul untuk melakukan evaluasi dan berbagi pengalaman. Aushaf, selaku ketua mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.
Ia berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan secara rutin dan melibatkan lebih banyak elemen masyarakat. “Kami berharap bahwa aksi kecil ini bisa membawa perubahan besar bagi lingkungan. Semoga ke depannya semakin banyak orang yang peduli dan mau terlibat dalam kegiatan pelestarian alam,” tutup Aushaf.
Dosen pendamping juga menyatakan bahwa Program Studi Akuakultur akan terus mendukung kegiatan serupa. “Kita akan terus berupaya untuk mendidik mahasiswa kita agar menjadi agen perubahan di masyarakat, terutama dalam menjaga kelestarian ekosistem pesisir. Kami akan mengusulkan program serupa untuk dilaksanakan di berbagai kawasan pesisir lainnya, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial akademik kami,” ungkap Dr. Irawati.
Dengan kegiatan ini, para mahasiswa dan dosen pendamping berharap dapat memberikan inspirasi dan dorongan bagi masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan lingkungan pesisir dan laut. Sebagai generasi penerus, para mahasiswa Akuakultur ini memiliki tekad untuk terus berkontribusi demi keberlanjutan lingkungan, sehingga Pantai Talise dan kawasan mangrove Mamboro, serta ekosistem lainnya, dapat terjaga kelestariannya untuk generasi mendatang. */RHT