Yulianti Marcelina (38) tahu betul ia menghadapi apa, ketika “kuda besi” yang tertulis 100% elektrik miliknya mulai dinyalakan.
…
RAHMAT KURNIAWAN / SULTENG RAYA
…
Di tengah terik matahari yang menyengat dan debu yang beterbangan, Yulianti Marcelina muncul sebagai sosok inspiratif.
Yulianti Marcelina mengemudikan kendaraan masa depan. Sebagai operator dump truck listrik pertama di PT Vale, ia menjadi simbol perubahan di industri pertambangan. Keputusannya untuk bergabung dengan proyek ambisius ini tidak hanya menandai tonggak sejarah bagi perusahaan, tetapi juga membuka jalan bagi perempuan untuk berkarir di sektor yang selama ini didominasi laki-laki.
13 tahun sudah, Yulianti menjadi bagian dari tim operasional PT Vale di Blok Sorowako. Dalam lingkungan kerja pria sentris itu, ia tidak hanya bertahan, tetapi juga menunjukkan kontribusi yang signifikan dalam proses produksi nikel matte. Dengan tekad yang kuat, ia telah mengangkat material ore berton-ton, mendukung kelancaran operasi pertambangan.
Ia mengaku tidak mendapatkan kendala berarti saat mengendarai alat berat tersebut. Itu berkat keterampilannya yang sudah didapatkan selama 11 tahun belakangan menggunakan dump truck konvensional dan menimbah ilmu pada pelatihan-pelatihan peningkatan kapasitas untuk operator alat berat. Satu contoh, ia pernah mengikuti program pelatihan industri (PPI) selama lebih kurang enam bulan.
Menariknya, alih-alih menjadi beban, justru wanita dua anak itu menganggap pekerjaannya sebagai tantangan. Tantangan yang harus ditaklukkan setiap harinya.
Sorot mata Yulianti Marcelina begitu teguh, seolah diksi “tantangan” yang keluar dari mulutnya sudah disiapkan menghadapi pertanyaan kenapa perempuan mau bekerja sebagai operator alat berat.
“Gak ada masalah, yang penting mampu menyesuaikan diri saja. Yang menyenangkan dari menjadi operator alat berat adalah tantangannya,” katanya dihadapan awak wartawan yang mewawancarainya di puncak Solia Hill PT Vale Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, 2 Agustus 2024.
Awalnya, sambung Marcelina, peluanglah yang membawa ia sampai pada titik itu. Sebab, peminat lowongan kerja menjadi operator alat berat sangat minim, apalagi perempuan. “Saya membangun pertanyaan pada diri saya, saya bisa atau tidak?,” ucapnya.
Pertanyaan pada dirinya itu nyatanya sudah ia jawab sendiri, Marcelina bisa dan bertahan se-dekade lebih. Belum terpikir kemana arahnya karir yang ia bangun, namun besar harapannya terus ada di bidang itu, membangun keterampilan dan mengembangkan diri dengan instrumen yang ada.
Karirnya yang terbilang gemilang di bidang alat berat tersebut tidak lepas dari dukungan keluarga; suami, orangtua, anak-anaknya.
“Saya terus meningkatkan skill secara berkala, saat ini saya ada di salah satu pelatihan untuk naik ke level berikutnya,” ujar Marcelina.
Marcelina menegaskan bahwa pernyataannya bukan tanpa dasar. Bekerja di lingkungan yang didominasi laki-laki justru semakin memotivasi dirinya untuk berkembang, bahkan mendapat dukungan penuh dari rekan kerjanya.
Pernah suatu ketika, awal-awal menjadi operator alat berat cukup menantang baginya karena harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang baru. Meskipun begitu, ia berhasil mengatasi tantangan tersebut dan bahkan menemukan kenyamanan dalam ritme kerja sehari-harinya.
“Awal-awal mungkin agak risih, tapi ternyata setelah masuk, bergaul dengan laki-laki ya aman. Tidak pernah juga ada saya dapatkan istilahnya pelecehan atau apa, tidak ada,” celetuk Marcelina Yulianti.
Yulianti punya pesan untuk semua perempuan yang ingin masuk pada dunia tambang khususnya alat berat. “Jangan ragu menentukan pilihannya berkarir di sektor ini (tambang). Disini terbuka ya, selama kamu punya skill jangan ragu masuk menjadi operator,” pesannya.
Setali tiga uang, misi PT Vale menciptakan inklusivitas bagi seluruh kalangan terus dilakukan terutama soal topik perempuan ada di dunia tambang.
Usaha perusahaan memangkas gap itu diperhatikan sedemikian rupa – semua punya kesempatan yang sama. Dan benar saja, ada peningkatan persentase tenaga kerja perempuan dari tahun ke tahun di PT Vale.
Pada Oktober 2023, untuk pertama kalinya PT Vale mempunyai 300 tenaga kerja perempuan dari total 3.023 tenaga kerja atau secara persentase 9,8 persen.
Hal itu terus berkembang, dua bulan berikutnya tepatnya Desember 2023 – PT Vale untuk pertama kalinya lagi – menyentuh angka double digit tenaga kerja perempuan; persentasenya sebanyak 10,9 persen.
CEO PT Vale, Febriany Eddy, tak henti meneguhkan para perempuan yang bekerja di dunia tambang agar terus mengembangkan diri. Sebab PT Vale, lanjutnya, terus mengedepankan aspek diversity dan inclusion ihwal ketenagakerjaan.
Memang, kata dia, pada bagian-bagian tertentu masih saja ada stereotip perempuan lebih mengedepankan emosional dan laki-laki lebih rasional.
Namun demikian, yang harus dilakukan perempuan adalah terus membuktikan bahwa mereka bisa menyesuaikan diri dengan – menjadi harmoni dalam iklim kerja sektor tambang tersebut.
“Result speaks for itself. Lihat, kamu dalam perjalanan ini, kamu sudah menghadapi ini dan berhasil. Tidak ada alasan untuk menyerah,” kata Febriany Eddy. ***