SULTENG RAYA- Akademisi Dr. Moh Rizal Masdul, M.Pd berharap Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed bisa membawa perubahan positif dunia pendidikan di tanah air.
Salah satunya dengan mengembalikan fungsi guru sebagai pendidik bukan sebagai administrator, karena dengan adanya Kurikulum Merdeka menghadirkan perubahan besar pada pemangku pendidikan.
Telah terjadi peningkatan beban administrasi bagi seorang guru. Peningkatan beban yang dimaksudkan meliputi ketentuan dalam penyusunan RPP, pelaporan capaian pembelajaran serta evaluasi hasil belajar.
Akibatnya, seorang guru selain mendidik dan mengajar peserta didik, juga wajib menyusun administrasi pembelajaran yang kadang jenis dan formatnya ribet dan terlalu banyak. Belum lagi perubahan-perubahan regulasi pendidikan membuat guru seperti diombang-ambing dan berada dalam ketidakpastian.
Guru kini dibebani dengan beban administrasi yang tidak sedikit. Akibatnya, peserta didik kerap tidak terlayani dengan baik. Guru selama ini sudah identik dengan mengajar dengan adanya tambahan administrasi yang banyak akan mengikis fungsi guru. “Ini namanya kurikulum merdeka, tapi gurunya yang terjajah,”sebutnya, Jumat (25/10/2024).
Ia berharap, Prof Mu’ti dapat mengevaluasi kurikulum tersebut, mengurangi beban administrasi guru sehingga bisa lebih fokus mengajar dan mendidik peserta didik agar menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki moral yang baik.
“Kita ini kan harus menghasilkan generasi emas, karena Indonesia akan menjadi Indonesia Emas di tahun 2045, tapi dengan adanya beban administrasi guru yang begitu banyak, fokus kurang terbagi antara pengajar dan beban administrasi, akibatnya yang kerap dikorbankan adalah mengajar, tentu yang dirugikan di sini adalah peseta didik, nah bagaimana mau menghasilkan generasi emas jika seperti itu dunia pendidikannya,”jelas Rizal.
Oleh karena itu, kerja 100 hari menteri diharapkan salah satunya adalah mengevaluasi kurikulum merdeka ini. ENG