Pemandangan Danau Matano menghampar. Ia diselimuti kabut tipis membentuk siluet laiknya dalam lukisan raksasa, mencorak bak warna cat minyak abu-abu kebiruan yang dikuas Leonardo Da Vinci di Mona Lisa yang legendaris.

RAHMAT KURNIAWAN / SULTENG RAYA

Awan mendung di Pagi 2 Agustus 2024 itu mendukung kesimpulan tersebut.

Gradasi warna alami Danau Matano dari kejauhan, meng-identik lukisan pemandangan di belakang figur Mona Lisa.

Suasana itu pula yang mengiringi kegiatan pertama puluhan jurnalis mengikuti Media Visit 2024 di wilayah operasional PT Vale Indonesia Tbk blok Sorowako selama lebih kurang lima hari.

Puncak Solia Hill, menjadi spot paling pas kalau-kalau ingin melihat, bagaimana Danau Matano dan pemandangan yang disajikan Da Vinci di Mona Lisa benar-benar mirip dari aspek gradasi warna.

Jika Mona Lisa mengulas senyum tipis, berbeda dengan Danau Matano–seperti menatap balik dengan tegas orang yang memandangnya.

Gunung-gunung mengelilingi danau purba era pliosen itu, pun nampak mengawal dengan gagah, bermantel hutan lebat nyaris tanpa celah.  

Sesekali, jika beruntung, pengunjung akan disajikan atraksi burung migrasi melewati siluet lukisan alam raksasa itu, membelah kedua tempat tersebut–Danau Matano dan puncak Solia Hill.

Agaknya, Danau Matano memang lebih menawan karena di kelilingi hamparan hutan lebat berwarna hijau–warna kehidupan.

Puluhan hektar lahan yang nampak dari Solia Hill itu, rupanya lahan ex tambang yang kini kembali rindang, lantaran reklamasi PT Vale setelah menambang ore (bahan baku nikel) di lahan tersebut.

Puluhan jenis tanaman perintis, pohon lokal, dan tanaman multiguna menjadi struktur penyusun hutan di bawah puncak Solia Hill yang sudah habis kandungan ore itu, ditanam PT Vale dengan desain program yang sistematis.

Danau Matano nampak dari atas. FOTO: DOK. PT VALE

Sudah 56 tahun PT Vale mengeruk perut bumi Sorowako, Danau Matano tetap menjadi oase kejernihan yang memesona. Airnya berkilau biru pekat, palungnya gelap misterius dalam keheningan, sementara batu-batu di tepinya diselimuti ganggang hijau keemasan, berpendar di bawah sinar matahari. Setiap sudutnya seolah bercerita, biota danau berenang bebas, merajut kisah hidup riang, merayakan harmoni hidup di bawah permukaan.

Bahkan, ada areal yang lebih rindang dari itu, juga lahan ex tambang. Selama 18 tahun, sejak 2006, lahan reklamasi itu dirawat dan telah ditumbuhi 40 jenis pohon kehutanan.

PT Vale menamai lokasi itu Arboretum Himalaya dengan luas mencapai 50 hektar. Bahkan, disana pernah ditemukan spesies ular hitam dan anoa, menunjukkan bahwa kawasan itu telah kembali menjadi hutan lebat yang dihuni pohon-pohon berdiameter besar dan fauna yang beragam.

“Per Juni 2024, bukaan lahan kami 5.761 hektar dan areal yang telah direklamasi sebanyak 3.780 hektar, dengan menerapkan sistem yang sama seperti di sekitar puncak Solia Hill ini. Contoh hutan yang telah jadi ada di Himalaya,” ucap Senior Manager Operational Environment & Reclamation PT Vale, Muhammad Firdaus Muttaqi sembari menunjuk papan informasi kerja-kerja reklamasi PT Vale yang dipajang di puncak Solia Hill kepada rombongan jurnalis.

Jokowi, Presiden Republik Indonesia pernah ada diposisi yang sama, akhir Maret 2023 lalu. Itu sudah jadi standar PT Vale, bahwa yang berkunjung ke lokasi Solia Hill akan disuguhkan penjelasan-penjelasan itu. Kerja-kerja strategis perusahaan selama mengeksplorasi lahan.

Ihwal pengelolaan air PT Vale juga tidak kalah konservatif. Mereka memiliki sistem yang berpusat di Lamella Gravity Settler (LGS). Dari sana, perusahaan mengelola air limpasan tambang sebelum mengalirkan ke Danau Matano.

Di LGS, ada treatment kualitas air dan laboratorium terakreditasi ISO 17025 untuk pengujian air limpasan tambang sesuai prosedur SNI dan American Public Health Association (APHA).

Parameter yang dikelola LGS yakni total suspended solid; lumpur yang membuat air keruh. Parameter lain, pengujian kromium hexavalent, parameter terlarut yang cukup berbahaya bagi kesehatan manusia jika lolos dari unit treatment.

“Tidak terlihat secara kasat mata tapi dia bisa terukur, kalau konsentrasinya cukup tinggi, itu bisa berbahaya bagi kesehatan manusia,” tutur Arifin Fatahuddin, Senior Manager Mine Infrastructure Maintenance & Development PT Vale.

LGS itu, punya teknologi advance unit treatment, biasa digunakan di perusahaan daerah air minum (PDAM). PT Vale menjadi entitas paling awal di Indonesia mengadopsi teknologi itu, mengelola air di kawasan tambang.

“Sejauh ini, ini yang paling canggih di Indonesia, namun kami akan terus berinovasi. Jika ada teknologi atau metode treatment yang lebih baik, kami akan gunakan supaya air yang mengalir ke hilir (Danau Matano, red) lebih sehat lagi,” kata lelaki berpakaian APD lengkap itu kepada puluhan pasang mata yang melihatnya memberi edukasi.

Begitulah sekelumit dari sekian banyak cara PT Vale bertanggungjawab; Danau Matano mungkin sudah dibalut lumpur cokelat dan deretan senyawa kimia berbahaya yang mengontaminasi air danau, jika perusahaan itu abai terhadap lingkungan dan keberlanjutan.

Bak gayung bersambut, hal itu pula diaminkan oleh Pj Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Zudan Arif Fakrulloh saat melakukan kunjungan mengitari Danau Matano dalam kesempatan kunjungan kerjanya sekaligus menghadiri perayaan HUT ke-56 PT Vale di Lapangan Persesos, Sorowako, 3 Agustus 2024.

Kata Zudan, usai melakukan kunjungan ke Danau Matano, ia mendapati kondisi danau terjaga dengan baik dilihat dari kualitas air dan ekosistemnya.

Bahkan, ia tidak sungkan menyebut PT Vale sangat mumpuni untuk dijadikan role model pertambangan di Indonesia bahkan dunia.

Ya karena itu, dari fakta di lapangan, 56 tahun beroperasi, kita menyaksikan Danau Matano, kelestariannya terjaga dengan baik. 56 tahun, itu waktu yang panjang, satu tahun lebih tua dari usia saya,” ucap Zudan.

CEO PT Vale, Febriany Eddy menyadari betul pentingnya Danau Matano bagi kehidupan masyarakat di wilayah konsesi perseroan di Sorowako. Untuk itu, sudah sepantasnya PT Vale sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Danau Matano menjaga keberlanjutannya dengan sepenuh hati.

“Danau Matano ini adalah aset yang luar biasa, karena terdapat spesies-spesies endemik, hanya ada di Danau Matano. Jadi, kualitas air Danau Matano harus kita jaga betul-betul,” kata wanita pemegang penghargaan Forbes Asia’s Power Businesswomen 2022 itu.

56 tahun menambang di Bumi Batara Guru bukan waktu yang singkat, dan PT Vale membuktikan bahwa mereka bukan “mafia lingkungan” yang hanya mengeruk tanpa memperbaiki. Komitmen keberlanjutan bahkan mereka ejawantahkan melalui visi peta jalan menuju karbon netral 2050, dan target menekan emisi karbon 33 persen pada 2030.

Itu tersusun sistematis yang membawa perseroan menyandang penghargaan PROPER Hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia pada 2023 lalu, dan 13 penghargaan lain ihwal keberlanjutan, tahun yang sama.

Terbaru, visi keberlanjutan itu kembali dikampanyekan oleh Chief of Sustainability and Corporate Affairs PT Vale, Bernardus Irmanto dalam presentasinya pada sesi bertajuk “Mining Industry Under The Spotlight: Validating Commitment and Sustainability Impact” dalam forum keberlanjutan di Jakarta, Kamis 8 Agustus 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Bernardus menyinggung bagaimana perseroan menjaga Danau Matano sebagai sumber kehidupan masyarakat. Kualitas airnya, kata dia, merupakan poin kunci sehingga perseroan menghadirkan unit treatment LGS.

“Kami menjaga kualitas air di Danau Matano dengan sangat ketat, bahkan kualitasnya lebih baik daripada air minum botol, menjadikan danau ini sebagai cerminan bagaimana pertambangan bersih dilakukan di area operasi PT Vale,” kata Bernardus di hadapan ratusan pengamat lingkungan yang hadir pada kegiatan tersebut.

Penerapan good mining practice selama 56 tahun di blok Sorowako sudah dibuktikan aksinya oleh PT Vale, bukan isapan jempol semata.

Sistem pertambangan baik, yang berdiri sejajar dengan keberlanjutan dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat lingkar tambang.

Entah sampai kapan perusahaan itu akan mengeruk bijih nikel di Bumi Batara Guru. Namun satu hal yang bisa dipastikan, bahwa PT Vale terus menjaga danau itu.

Dijaga sebagai warisan, dijaga sebagai sejarah, dan dijaga sebagai sumber kehidupan masyarakat. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa yang akan datang. Lestari adalah interpretasi dari kelola PT Vale pada Bumi Batara Guru.

“Sudah puluhan tahun saya lalu-lalang menyeberang danau ini, antar koran dari Morowali Utara ke Sorowako, masih begitu-begitu terus modelnya, airnya masih jernih, tidak cokelat seperti di tempat-tempat lain,” celetuk Rudy (71), saat menyeberangi Danau Matano dari Nuha ke Sorowako. RHT