UPACARANYA sangat sederhana. Beberapa pejabat hadir meletakkan batu pertama. Rekonstruksi peletakan batu pertama dilakukan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diwakili Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur, Herry Trisaputra Zuna.
Oleh: Amiluddin / Wartawan Sulteng Raya
Ikut meletakan batu pertama Chief Representative Japan International Cooperation Agency (JICA), Takehiro Yasui, Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng), Rusdy Mastura, Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, dan Kepala Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Kementerian PUPR di Sulteng, Arie Setiadi Moerwanto pada Rabu (20/7/2022).
Hari itu, mereka melakukan peletakan batu pertama pembangunan kembali Jembatan IV atau lebih dikenal dengan nama Jembatan Kuning di Palu. Jembatan yang menghubungkan Palu Timur dan Palu Barat itu rusak akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018 lalu.
Jembatan berwarna kuning yang juga biasa disebut Jembatan Ponulele tersebut selesai dibangun oleh Pemerintah Kota Palu pada tahun 2006 lalu. Jembatan ini menjadi istimewa karena merupakan jembatan lengkung pertama yang ada di Indonesia dan membentang di atas Teluk Talise, Kelurahan Besusu dan Lere, Kota Palu.
Sejak diresmikan, jembatan setinggi 20,2 meter dari badan jembatan dan memiliki lebar 7,5 meter tersebut menjadi salah satu tempat favorit para wisatawan untuk mengabadikan foto diri.
Beragam momen cantik pun kerap disaksikan para masyarakat sekitar dari atas jembatan ini. Mulai dari pemandangan matahari terbenam hingga pemandangan lautan. Bahkan kadang menyaksikan buaya yang berjemur di sekitar sungai.
Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Herry Trisaputra Zuna mengatakan, program rekonstruksi Jembatan Palu IV diinisiasi sebagai upaya untuk memulihkan aksesibilitas dan mobilitas Kota Palu yang terdampak gempa bumi dan tsunami pada 2018 lalu.
“Dengan dibangunnya kembali jembatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi dan pembangunan wilayah Kota Palu, serta menjadi ikon Kota Palu sehingga dapat menarik wisatawan, baik dari Sulawesi Tengah maupun dari luar,” kata Herry dalam keterangan tertulisnya, Rabu (20/7/2022).
Dijelaskan, program rekonstruksi Jembatan Palu IV mendapatkan bantuan dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Coorporation Agency (JICA), yakni berupa dana hibah senilai 2,5 miliar Yen atau sekitar Rp 325 miliar. Sementara konstruksinya dilaksanakan oleh kontraktor Jepang Tokyu Construction dengan menggandeng PT Waskita Karya.
Penandatanganan hibah tersebut sudah dilaksanakan pada 21 Juni 2019 lalu antara Dirjen Bina Marga dan JICA. Kegiatan rekonstruksi semula direncanakan dimulai pembangunannya pada tahun 2020. Tetapi gerak cepat Kementerian PUPR itu ternyata terhambat karena berbagai faktor.
“Akibat adanya pandemi Covid-19 dan penyelesaian pembebasan lahan yang membutuhkan waktu lebih lama, pelaksanaan rekonstruksi Jembatan Palu IV baru dimulai Juli 2022 dan direncanakan selesai pada Juni 2024,” kata Herry.
Sementara Arie Setiadi Moerwanto menjelaskan, Jembatan Palu IV yang baru akan terkoneksi dengan jalan layang yang merupakan bagian dari sistem mitigasi bencana tsunami. Dengan begitu diharapkan akan terwujud kawasan Silebeta yang tangguh bencana.
Arie memastikan pondasi dan ketinggian Jembatan Palu IV didesain dengan mempertimbangkan nilai seismik gempa dan tsunami berdasarkan peta risiko gempa dengan bentang total 250 meter.
“Desain Jembatan Palu IV telah mendapatkan persetujuan rekomendasi dari Menteri PUPR pada 5 Maret 2020, setelah mendapatkan rekomendasi dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) pada 3 Maret 2020,” jelas Arie.
Sedangkan Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid mengatakan, rekonstruksi jembatan tersebut sudah lama dinantikan masyarakat Palu. Ia juga menyebut jembatan tersebut merupakan ikon Kota Palu dan sangat berperan dalam konektivitas yang menghubungkan Kecamatan Palu Timur dan Palu Barat.
“Hari ini adalah jawaban dari penantian masyarakat. Untuk Kementerian PUPR dan JICA, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan bantuan pembangunan kembali Jembatan Palu IV, karena jembatan yang dibangun tahun 2006 ini bagi masyarakat Palu memiliki cerita dan kenangan tersendiri,” kata Hadianto.
Menurut Hadianto, atas pembangunan kembali jembatan itu, masyarakat Kota Palu menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Jepang yang telah membantu dalam rehabilitasi dan rekonstruksi di Sulawesi Tengah.
“Bencana gempa dan tsunami telah mengakibatkan hancurnya sejumlah fasilitas dan infrastruktur publik, termasuk jalan dan jembatan. Untuk itu, rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur sangat krusial untuk memulihkan keadaan,” katanya.
Ia berharap, rekonstruksi jembatan tersebut akan turut menjadi simbol kebangkitan dan optimisme masyarakat Palu pasca bencana. Jembatan ini sangat strategis untuk perputaran roda ekonomi di Kota Palu.
Selama ini, setelah terjadinya gempa dan tsunami, arus lalu lintas dari timur ke barat dan sebaliknya, menumpuk di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Diponegoro. Kendaraan-kendaraan pengangkut barang pun kadang terjadi kemacetan.
Karenanya, diharapkan dengan selesainya rekonstruksi jembatan itu nantinya, akan dapat memperlancar arus kendaraan. Dan, itu berarti juga memperlancar perputaran roda ekonomi masyarakat di Kota Palu.***