SULTENG RAYA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Parigi Moutong (Parmout) melaksanakan  evaluasi percepatan  penurunan angka semester I melalui rapat kerja di auditorium Kantor Bupati Parmout, Rabu (26/7/2023).

Wakil Bupati (Wabup) Parmout, Badrun Nggai, SE selaku ketua percepatan penurunan stunting di Kabupaten Parmout dalam sambutannya mengatakan, salah satu permasalahan yang harus dihadapi dalam upaya penurunan angka stunting adalah masalah kesehatan reproduksi pada remaja dan gizi yang akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

Menurutnya, perilaku remaja saat ini sedang dihadapkan pada masalah seksual yang berisiko pada pernikahan usia dini. 

“Kehamilan yang tidak diinginkan bisa saja terinfeksinya penyakit menular yang mengakibatkan kondisi tersebut akan berdampak kematian dan melahirkan anak yang kurang gizi serta masalah kesehatan reproduksi lainnya,”ujarnya. 

Permasalahan lainnya kata Badrun, adalah tingginya angka stunting akibat kekurangan gizi kronis yang mengakibatkan terjadinya gagal tumbuh pada anak dan berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunnya produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan serta kesenjangan pada keluarga.

Wabup menjelaskan, dari Hasil data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2020 angka prevalensi stunting provinsi Sulawesi Tengah sebesar 29,7 persen dan Kabupaten Parmout sebesar 31,7 persen. Upaya Pemerintah di tahun 2022 kabupaten Parmout mampu menekan angka tersebut sebesar 27,4 persen dan akan terus berupaya secara maksimal menekan angka prevelensi sampai mencapai sebesar 14 persen di tahun 2024 sesuai target nasional.

“Dengan Hasil SSGI tersebut, untuk percepatan penurunan stunting di Kabupaten Parigi Moutong dibutuhkan peran serta orang tua, karena peran penting orang tua juga diharapkan dapat memenuhi gizi anak agar pertumbuhannya bisa lebih optimal, ”jelasnya.

Wabup juga mengingatkan, agar anggota Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Parmout  dapat melakukan pencegahan angka stunting  secara terintegrasi dengan melibatkan beberapa sektor terkait  secara langsung ke masyarakat, dan keluarga serta remaja melalui suatu peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap perilaku dalam melakukan upaya pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan.

“Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan peningkatan dari seluruh pemangku kebijakan dan mitra terkait yang ada di daerah ini serta melakukan pembinaan dan tenaga kader tribina dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) untuk mendukung akselerasi pencegahan stunting, “pintanya.

Turut hadir pada kegiatan itu mewakili Kepala Dinas P2KB Provinsi Sulawesi Tengah, Tuty ZarFiana, SH, MSi, unsur Forkopimda Parmout, Camat dan Kepala Desa se-Kabupaten Parmout. */AJI