“Listrik bukan hanya sekedar Cahaya, tetapi pintu menuju masa depan yang lebih adil. Kehadiran listrik 24 jam diharapkan membawa dampak besar bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan, dan perekonomian,” ungkap Gubernur Yulius.
“Dengan listrik yang andal, aktivitas belajar anak-anak semakin optimal, layanan Kesehatan lebih terjamin, dan roda ekonomi masyarakat dapat bergerak lebih maju untuk menuju Sulawesi Utara yang terang, mandiri dan Sejahtera,” tambah Gubernur Yulius.
Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Wamendes PDT), Ir. Ahmad Riza Patria MBA, menyampaikan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada PT PLN (Persero) yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam menghadirkan listrik hingga ke wilayah kepulauan dan daerah terpencil.
“Inilah wajah pembangunan Indonesia hari ini, kolaboratif, inklusif, dan menjangkau semua. Program penyalaan listrik di Sulawesi Utara ini merupakan bagian dari Program Listrik Desa nasional, yang menjadi prioritas pemerintah dalam membangun desa dan daerah tertinggal. Ke depan, bersama PT PLN dan pemerintah daerah, kita menargetkan lebih dari 5.000 titik desa di seluruh Indonesia akan dialiri listrik,” ungkap Ahmad Riza.
“Apa yang kita lakukan hari ini juga sejalan dengan arahan langsung Presiden Republik Indonesia, yang menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur dasar harus dijalankan dengan prinsip 3T: 3 Tercepat dalam pelaksanaan, Terbanyak dalam menjangkau rakyat, dan Terbaik dalam kualitas layanan. Kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan PLN adalah kunci untuk mewujudkan arahan Presiden tersebut, terutama dalam menghadirkan listrik hingga ke desa-desa kepulauan dan daerah tertinggal,” tambah Ahmad Riza.
Sebelum penyalaan 24 jam, listrik di pulau-pulau ini hanya tersedia 6 jam (pada Pulau Buhias dan Mantehage) & 12 jam per hari (pada Pulau Kakorotan dan Nain). Saat ini, kondisi itu berubah secara nyata.
Di Pulau Kakorotan, wilayah perbatasan dengan Filipina yang mayoritas masyarakatnya nelayan, kebutuhan listrik sekitar 32 kW (kilo Watt) kini ditopang daya 160 kW. Listrik tidak hanya cukup, bahkan memiliki cadangan daya sehingga cold storage dapat dikembangkan dan sekolah dapat menjalankan digitalisasi pembelajaran.
Di Pulau Buhias, yang sebelumnya hanya menikmati listrik sekitar 6 jam di malam hari, kini Listrik menyala stabil yang memungkinkan masyarakat menyimpan hasil laut di rumah, serta mendukung pendidikan dan ibadah sepanjang hari.
Di Pulau Mantehage, kawasan Taman Nasional Bunaken, kini ditopang daya lebih dari 300 kW, membuka peluang pariwisata berbasis masyarakat, homestay, dan penguatan ekonomi lokal. Sementara di Pulau Nain, listrik disiapkan untuk menopang pertumbuhan desa ke depan secara berkelanjutan, bukan hanya untuk hari ini tetapi juga masa depan.
Angka-angka ini menegaskan bahwa penyalaan listrik 24 jam dibangun dengan perencanaan yang matang, andal, dan berkelanjutan, agar listrik benar-benar menjadi fondasi pembangunan masyarakat kepulauan.
PLN akan terus memantau stabilitas beban di masing-masing pulau dan mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga aset kelistrikan demi keberlangsungan layanan yang andal. Menjelang Natal, semoga cahaya yang hari ini menyala menjadi menguatkan cahaya persaudaraan, pengharapan, dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat kepulauan, karena bagi kami listrik bukan sekadar energi, tetapi tanda kehadiran negara dan wujud keadilan sosial.*HJ