SULTENG RAYA – PT Vale Indonesia Tbk., menyelenggarakan kegiatan Media Training yang dilaksanakan di Nusa Dua Bali, Kamis-Jumat (11-12/12/2025).

Melalui momentum itu, PT Vale ingin memperdalam pengetahuan wartawan di nasional dan tiga wilayah konsesinya untuk lebih paham soal liputan investigasi.

Hal itu kemudian membuka akses informasi seluas-luasnya kepada media dalam memahami aktivitas operasional perusahaan.

Media training yang menggandeng Tempo Institute tersebut, juga menjadi bentuk apresiasi kepada para jurnalis pemenang Journalist Writing and Photo Competition (JWPC) 2025.

Direktur & Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale, Budiawansyah, mengatakan, keterbukaan kepada media menjadi prinsip yang tidak bisa ditawar dalam upaya perusahaan membangun pemahaman publik yang objektif.

Ia menyebut, penyelenggaraan media training sebagai bagian dari komitmen yang telah dibangun sejak lama, memberikan akses informasi yang adil, proporsional, dan lengkap.

Ia mencontohkan penanganan sebuah insiden kebocoran pipa di Towuti, Luwu Timur, di mana keterbukaan memberikan hasil positif dan mengubah cara publik memahami situasi.

Menurut Budiawansyah, PT Vale memilih berdialog langsung dalam setiap isu agar konteks dan kondisi lapangan dapat dipahami secara benar.

“Transparansi adalah pilar penting. Tidak ada cara lain selain membuka diri dalam pengelolaan insiden. Akses informasi harus diberikan seluas-luasnya. Mau sembunyi di lubang semut pun, tetap akan ditemukan,” kata dia.

“Kami tidak mau reaktif. Kami undang semua pihak berdiskusi langsung. Memberikan konteks itu penting, karena kalau penyampaiannya tidak objektif, publik juga akan menerima informasi yang keliru,” ujarnya menambahkan.

Ia menegaskan bahwa perusahaan tidak berupaya menjadi “yang terbesar”, melainkan mencapai the right nickel production—produksi nikel yang tepat, yang menggabungkan sistem operasi andal dengan izin sosial yang kuat.

Budiawansyah menekankan, media memiliki peran penting dalam menjaga objektivitas informasi bagi masyarakat. Karena itu, PT Vale membuka ruang dialog yang luas dengan jurnalis.

“Informasi teknis harus dikemas dengan baik agar tidak disalahpahami. Teknologi sehebat apa pun tidak akan berhasil tanpa sensitivitas sosial. Di sinilah media menjadi mitra strategis,” katanya.

Ia juga menyinggung tantangan industri nikel di tengah perubahan pasar global baterai, pentingnya keberlanjutan, serta bagaimana perusahaan membaca dinamika sosial untuk membangun hubungan jangka panjang dengan masyarakat.

Budiawansyah menutup sambutannya dengan harapan agar kegiatan serupa terus mempererat kolaborasi.

“Mohon jangan sungkan memberikan kritik dan saran. Melalui ilmu dan diskusi, kita semua berkembang—kami pun demikian. Transparansi akan terus kami pegang sebagai prinsip utama,” pungkasnya.

Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat, mengapresiasi inisiatif PT Vale yang membuka ruang pembelajaran dan diskusi dengan media.

Menurutnya, jurnalis sering menghadapi keterbatasan informasi karena minimnya konteks, sehingga kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan.

“Nuansa itu berada di balik konteks. Tidak bisa didapat dari wawancara 20 menit. Karena itu pertemuan dan diskusi langsung seperti ini penting agar tulisan wartawan lengkap dan akurat,” ujar Bagja.

Ia menjelaskan bahwa banyak dinamika industri—termasuk konflik sosial, proses perizinan, hingga regulasi—tidak terlihat jelas dari luar. Dengan transparansi, maka media dapat memahami persoalan secara menyeluruh dan menghindari misinformasi.

Media training yang mengangkat tema “Tumbuh Bersama, Bergerak Berkelanjutan” ini dihadiri Head of Corporate Communications PT Vale, Vanda Kusumaningrum dan Suwarny Dammar, Senior Coordinator Media Relations PT Vale, serta perwakilan dari IGP Morowali dan IGP Pomalaa. RHT