SULTENG RAYA — Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) memperingati Hari Maleo Sedunia dengan menekankan kembali pentingnya menjaga kelestarian burung maleo (Macrocephalon maleo).
Momentum tahunan ini dimanfaatkan sebagai ajang refleksi sekaligus penguatan komitmen terhadap upaya konservasi yang telah berjalan di kawasan taman nasional.
Kepala Balai Besar TN Lore Lindu, Titik Wurdiningsih mengatakan, Hari maleo sedunia atau world maleo day diperingati setiap tanggal 21 November. Momentum ini diharapkan menjadi pengingat dan pemicu untuk menyebarluaskan upaya konservasi satwa endemik sulawesi tersebut.
Taman Nasional Lore Lindu, kata dia, menjadi salah satu habitat maleo yang memanfaatkan panas bumi sebagai media penetasan telur mereka. Tercatat dari hasil pemantauan dan pendataan ada 10 nesting ground maleo di Taman Nasional Lore Lindu.
Lanjut Kababes, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya konservasi Maleo seperti perlindungan habitat dan populasi maleo melalui patroli rutin untuk meminimalisir perburuan dan perusakan habitat.
Selain itu, tiap tahun juga digelar kegiatan sapu jerat di habitat satwa endemik tersebut. Dari hasil kegiatan tersebut tercatat unit jerat yang ditemukan dan dimusnahkan.
Upaya lain yang dilakukan adalah dengan kegiatan breeding dan restocking maleo melalui penetasan semi alami dan rilis kembali ke alam, hingga 2024 jumlah anakan yang dilepasliarkan berjumlah 290 ekor.
Pelibatan masyarakat juga dilakukan oleh BBTNLL dengan menggandeng Lembaga Pengelola Konservasi di Desa Pakuli Utara dan masyarakat lain di Desa Penyangga TN Lore Lindu dalam kegiatan penyadartahuan konservasi, pembinaan habitat dan populasi maleo serta pengembangan wisata edukasi maleo.