“Semoga dihasilkan model ekonomi yang mensejahterakan,” harapnya guna meningkatkan kontribusi pertambangan bagi daerah penghasil, baik dari sisi pajak, CSR maupun kewajiban PPM (Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat).

Sementara itu, Direktur Yayasan Kompas Peduli Hutan (KOMIU) Gifvents, S.H selaku penyelenggara, menyampaikan bahwa fokus workshop ini untuk menyusun model benefit sharing (pembagian manfaat) sektor pertambangan nikel di Sulteng, khususnya di Morowali dan Morowali Utara sebagai dua kabupaten produsen nikel terbesar dunia.

Model yang dirumuskan akan dikonsultasikan lebih lanjut dengan pihak Kemendagri dan Kemenkeu sebelum diujicobakan di daerah penghasil nikel tadi.

Setelahnya, hasil ujicoba akan kembali dievaluasi sampai ditemukan model yang tepat untuk diterapkan.

“Program ini untuk mendukung pemerintah daerah agar pertambangan berkontribusi bagi pembangunan daerah,” terangnya.

Turut memberikan pandangan sebagai narasumber workshop, Akademisi Untad Prof. Moh. Ahlis Djirimu, Ph.D.

Peserta workshop antara lain berasal dari perangkat daerah, akademisi, swasta, media, lembaga nonpemerintahan dan mitra terkait. *WAN