Ia juga menekankan korelasi antara tingginya angka ASFR (kelahiran pada usia remaja) dengan meningkatnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah tersebut.

Rosni juga mengingatkan pentingnya pemahaman data Siperindu bagi pemerintah daerah sebagai dasar perumusan kebijakan kependudukan. Aplikasi ini diharapkan menjadi alat analisis yang akurat untuk menilai kondisi wilayah, sekaligus mendorong setiap daerah melakukan sosialisasi minimal tiga kali dalam setahun.

“Data Siperindu harus menjadi cerminan langkah konkret daerah. Ini adalah starting point untuk bergerak menuju pengelolaan kependudukan yang lebih baik,”tambahnya.

Sementara itu, Penata KKB Ahli Muda, Astrid Sagita Tandi, SE., MM, mengusulkan adanya divisi kependudukan dalam Forum Genre Sulteng, sehingga generasi muda juga berperan aktif dalam isu-isu kependudukan.

Pada sesi kedua, Calon Penata KKB Ahli, Agi Aprila, S.Stat memaparkan tentang pemanfaatan aplikasi Siperindu. Ia menyampaikan bahwa provinsi Sulawesi Tengah telah melaksanakan kegiatan dua kali dan berstatus zona biru, namun sebagian besar kabupaten/kota masih berwarna merah karena belum menginput kegiatan dan rencana aksi.

“Kabupaten/kota perlu segera melaporkan agenda dan pelaksanaan kegiatan agar indikatornya berubah menjadi hijau atau biru,”ungkapnya. AMR