Lebih dari itu, kita juga harus mengubah cara pandang masyarakat terhadap profesi pendidik. Masih ada anggapan bahwa menjadi guru atau dosen adalah pilihan terakhir, bukan pilihan utama. Stigma ini lahir dari rendahnya apresiasi sosial dan ekonomi terhadap profesi pendidik, padahal dari merekalah masa depan sebuah bangsa dibentuk.

         Negara-negara dengan sistem pendidikan unggul seperti Finlandia, Korea Selatan, dan Singapura menempatkan profesi guru dan dosen pada posisi terhormat. Mereka diberi pelatihan berkualitas, gaji yang memadai, dan dihormati secara sosial. Mengapa Indonesia tidak bisa mengambil pelajaran dari itu?

          Sudah saatnya pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat secara luas melihat kembali peran strategis guru dan dosen dalam pembangunan bangsa. Jika kita ingin menghasilkan generasi emas, maka kita harus terlebih dahulu menghargai mereka yang mendidik generasi itu.

        Mengabaikan guru dan dosen sama artinya dengan mengabaikan masa depan. Memberi mereka penghargaan bukanlah tindakan belas kasih, tetapi kewajiban moral dan investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Mari berhenti melupakan mereka. Mari mulai menghormati, mendukung, dan mengangkat martabat para pendidik karena tanpa mereka, kita bukan siapa-siapa.

.