SULTENG RAYA –Memasuki usia kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke-80 tahun, sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menilai bahwa kemerdekaan sejati belum sepenuhnya terwujud, terutama dalam pemerataan kesejahteraan dan kebebasan berkehidupan bagi seluruh rakyat.
Arif, mahasiswa jurusan Akidah dan Filsafat Islam, menuturkan bahwa kemerdekaan tidak sebatas terbebas dari penjajahan asing, melainkan juga kebebasan untuk melakukan sesuatu selama tidak merugikan orang lain. Menurutnya, kemerdekaan fisik memang telah diraih sejak Indonesia lepas dari penjajah Jepang dan Belanda, namun masih banyak rakyat yang merasakan penjajahan dalam bentuk lain dari bangsanya sendiri.
“Kalau soal dijajah bangsa lain kita sudah merdeka. Tapi kalau dijajah bangsa sendiri, kita belum merdeka. Di Indonesia ini hanya kata merdeka saja yang terasa, tapi arti sebenarnya belum merata dirasakan masyarakat. Masih banyak orang di pelosok yang belum merasakan fasilitas dan kesejahteraan seperti di kota,” ujarnya, Rabu (13/8/2025).
Ia menambahkan, ketimpangan tersebut membuat sebagian masyarakat merasa tidak mendapatkan hak-hak mereka secara penuh. Meski demikian, Ia tetap percaya bahwa pemerintah dapat memperbaiki keadaan. Ia menekankan pentingnya kerja sama antara rakyat dan pemerintah.
“Kalau pemerintah agak salah jalan, ya sama-sama kita perbaiki. Kita sesama manusia tidak luput dari kesalahan. Kalau pemerintah lupa kita ingatkan lewat diskusi, kalau diskusi tidak membuahkan hasil, baru kita aksi atau demo,” tambahnya.
Arif juga mencontohkan salah satu pejabat daerah yang menurutnya membawa dampak positif, yakni Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid. “Beliau banyak memerdekakan orang lain melalui program-programnya, seperti program Berani Cerdas, yang sudah mulai memerdekakan anak-anak di provinsi ini,” ucapnya.