Lita Darhin menambahkan, kemerdekaan saat ini lebih banyak dirasakan oleh orang yang memiliki uang atau kuasa. Ia menyoroti praktik aparat yang baru bertindak setelah suatu masalah viral atau setelah menerima imbalan.

“Kalau tidak ada uang, sering disepelekan. Bahkan jika punya masalah, kadang harus membayar oknum dulu atau membuatnya viral baru ditindaklanjuti,” katanya.

Sementara ada juga mahasiswa bernama Muhammad Faried mengatakan bahwa kemerdekaan yang sering rayakan hanyalah simbol dan seremonial belaka. Secara politik mungkin sudah lepas dari penjajahan bangsa asing, tapi rakyat masih terjajah oleh kemiskinan, korupsi, dan ketidakadilan hukum. Hak untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak masih jauh dari merata.

 “Kalau rakyat masih harus berjuang mati-matian untuk sekadar bertahan hidup, maka kata merdeka hanyalah omong kosong yang diulang setiap tahun tanpa makna nyata,”ujarnya.

Mereka sepakat bahwa peringatan Hari Kemerdekaan seharusnya menjadi momen evaluasi besar bagi pemerintah. Kemerdekaan sejati, menurut mereka, adalah ketika rakyat terbebas dari kemiskinan, ketidakadilan, diskriminasi, dan merasakan perlindungan hukum yang adil tanpa pandang bulu. TIM PPL