Oleh : Ummu Dzaky Hasan (Pemerhati Sosial)
Sudah lebih dari dua puluh bulan terjadi genosida muslim Gaza oleh entitas Zionis Yahudi. Bahkan mereka tidak saja terancam oleh senapan dan bom, namun juga kelaparan yang sangat parah. Mirisnya, Zionis sengaja menjadikan kelaparan sebagai cara baru genosida muslim Gaza, bahkan pada ibu hamil, juga bayi dan anak-anak tak berdosa melalui blokade bantuan oleh Israel. Pelaparan sistemik ini sungguh merupakan kebiadaban.
World Health Organization (WHO) PBB memperingatkan bahwa Gaza semakin tak terkendali dan berada di jalur berbahaya. Sebab, terjadi peningkatan tajam kematian di bulan Juli 2025 akibat malnutrisi. Melansir laporan WHO, hampir satu dari lima balita di Kota Gaza kini mengalami malnutrisi akut. Tercatat, usia 6–59 bulan di Kota Gaza menderita malnutrisi akut, telah meningkat tiga kali lipat sejak Juni 2025. BBC menyebut, 900.000 anak di Gaza menderita kelaparan dan 70.000 di antara mereka mengalami malnutrisi. Itu belum termasuk orang dewasa.
Belum lagi laporan Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza pada Kamis, 31 Juli 2025 bahwa sedikitnya 18.592 anak Palestina tewas akibat serangan militer Israel sejak dimulainya agresi pada Oktober 2023. Angka tersebut mencerminkan dampak mematikan yang tak proporsional terhadap warga sipil, khususnya anak-anak, selama konflik berlangsung.
Negara-negara Arab dan Muslim
Di kancah PBB, negara-negara yang menjadi anggota hanya bisa berkoar-koar meminta Zionis menghentikan kekejamannya, tetapi veto Amerika membuatnya tak berkutik dan membuat Zionis semakin menjadi-jadi. Padahal, sejak 7 Oktober 2023, sudah lebih dari 204.000 warga Gaza menjadi korban, 60.000 lebih di antaranya tewas, dan yang lainnya luka-luka. Mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 10.000 orang dinyatakan hilang dan ratusan ribu lainnya terusir dari tempat tinggalnya.
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 28-29 Juli 2025 lalu soal Gaza pun nyatanya hanya mampu bermain aman. Deklarasi New York yang dihasilkan hanya menyerukan dukungan penuh terhadap solusi dua negara dan mendesak Negara ‘ilegal’ Israel untuk menyatakan komitmennya atas berdirinya Negara Palestina yang merdeka. Deklarasi tersebut bahkan tidak berani menyebut kata “Israel” secara eksplisit ketika mengecam “tindakan sepihak ilegal” yang dinilai menjadi ancaman eksistensial bagi kemerdekaan Palestina!
Dalam KTT itu tentu terdapat pula para pemimpin muslim—yang notabene seagama dengan warga Gaza. Akan tetapi, sebagaimana sebelum-sebelumnya, mereka pura-pura buta tuli. Masing-masing hanya sibuk menyelamatkan diri dan kekuasaannya dari kemarahan Amerika, seraya berlindung di balik narasi soal menjaga hubungan antarnegara dan hukum-hukum internasional.
Negara-negara Arab dan Muslim, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Mesir, pertama kalinya resmi mendesak Hamas untuk melucuti senjata dan menyerahkan kekuasaan atas Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina (PA). Mesir, negara yang berbatasan langsung dengan Gaza, melalui otoritasnya telah menekan Imam Besar Al-Azhar, Ahmed al-Tayeb, untuk mencabut pernyataan yang mengecam pengepungan oleh Israel yang menyebabkan kelaparan massal penduduk Gaza, Palestina. Saat ini pelaparan sistematis telah dilakukan oleh Israel dan menyerupai tindakan genosida, namun Mesir malah cenderung mendukung tindakan Israel.
Gaza adalah Urusan Iman bagi Umat Islam
Tindakan-tindakan para penguasa muslim seakan tidak ada ikatan iman dengan saudara Muslim Gaza. Padahal Allah telah mengingatkan ikatan ukhuwah Islamiyah sebagai landasan hubungan antar muslim. Kepentingan dunia –jabatan dan kekuasaan- telah mematikan ukhuwah Islamiyah dan menjerumuskan mereka pada kelemahan di hadapan musuh Allah
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak beriman salah seorang dari kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Allah Taala berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lainnya.” (QS At-Taubah: 71).
Umat Islam adalah umat yang terbaik sebagaimana dinyatakan oleh firman Allah SWT dalam QS Ali Imran: 110. kemuliaan itu akan terwujud kmbali sebagaimana janji Allah pada QS An-Nur: 55. Dan semua telah terwujud nyata dengan perjuangan Rasulullah Saw , Shahabat Rasul dan para khalifah sepanjang peradaban Islam yang mulia. Kisah khalifah Al Mu’tasimbillah dan sikap tegas sultan Abdul jamid II adalah potret penguasa yang menjaga kemuliaan Allah dan rasulNya.
Upaya itu membutuhkan kepemimpinan sebuah jamaah dakwah ideologis yang tulus mengajak umat untuk berjuang. Dengan rahmat Allah, jalan dakwah akan mendapatkan hasil sepanjang menapaki thariqah Rasulullah, sebagaimana yang diemban oleh jamaah dakwah ideologis yang tulus menerapkan Islam kaffah. Demikian juga perjuangan pembebasan Palestina akan terwujud ketika Khilafah tegak dan menyerukan jihad sebagai solusi tuntas. Hendaknya kita harus memanfaatkan momentum ini –genosida Gaza- untuk membangkitkan Umat dan mewujudkan kemuliaan Islam.
Kesungguhan kita dalam memperjuangkannya adalah salah satu wujud dari takwa. Kelak, semua ikhtiar kita akan menjadi hujah bahwa kita tidak diam saat agama dan saudara kita terhina. Juga menjadi bukti bahwa kita termasuk penjaga risalah Islam yang tepercaya sebagaimana yang seharusnya.
Wallahu a’lam