Dampak positif juga dirasakan oleh orang tua murid, Wahida Rahman. Menurutnya, SAPD telah membantu anaknya menjadi lebih percaya diri dan santun.
”Anak saya dulu pendiam dan tertutup. Sekarang dia lebih kreatif dan sopan kepada orang tua. Semoga program ini terus berlanjut dengan pembelajaran yang semakin berkualitas,” ungkap Wahida.
Shelter ini juga telah menjadi ruang aman dan pemberdayaan bagi 221 perempuan, yang sebagian besar adalah penyintas kekerasan. Para perempuan tersebut tidak hanya mendapatkan layanan pemulihan, tetapi juga pelatihan dan edukasi untuk bangkit secara sosial dan ekonomi.
Executive General Manager Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Fanda Chrismianto, menyampaikan bahwa pencapaian Puanmakari tidak hanya sekadar angka, melainkan bukti komitmen kuat dalam membangun keberlanjutan sosial.
“Puanmakari adalah bukti bahwa keberhasilan bisnis bisa berjalan berdampingan dengan keberpihakan pada kemanusiaan. Kami akan terus mendukung lahirnya inovasi sosial lain yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, karena inilah esensi keberlanjutan yang sesungguhnya,” ujar Fanda.
Puanmakari juga telah meraih berbagai penghargaan nasional dan regional, di antaranya Padmamitra Award dari Kementerian Sosial RI (2020) atas kontribusi sosial dalam pemulihan korban kekerasan, Penghargaan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sulsel (2024) sebagai perusahaan dengan inovasi pengembangan perempuan berbasis komunitas, Pengakuan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Makassar sebagai perusahaan pertama yang melakukan pendampingan terhadap anak korban KDRT melalui program SAPD.
Shelter Puanmakari saat ini telah menjangkau lebih dari 400 penerima manfaat dan menjadi model rujukan nasional dalam program pemulihan korban kekerasan berbasis komunitas. *WAN