SULTENG RAYA – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sulawesi Tengah terus mendorong sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sulteng.

Salah satu sektor yang terus digenjot melalui sektor agrikultur, khususnya pada tanaman Kakao yang merupakan bahan baku pembuatan cokelat.

Kepala Perwakilan BI Sulteng, Rony Hartawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Sulteng paling besar ditopang dari sektor manufaktur. Sementara sektor agrikultur hanya menyumbang 0,91 persen, angka ini dinilai sangat kecil.

“Potensi sumber ekonomi baru, bisa kita angkat dari sektor agrikultur yang salah satu subsektornya adalah kakao,” kata Rony Hartawan dalam sambutannya, pada acara FGD Kakaonomics, Akselerasi ekonomi inklusif dan berkelanjutan melalui pengembangan kakao Sulteng yang digelar di Palu, Senin (4/8/2025).

Rony Hartawan mengatakan, target pertumbuhan ekonomi Sulteng yang ditetapkan oleh pemerintah pusat berada pada angka 12,9 persen. Angka ini merupakan tertinggi di seluruh Indonesia.

Olehnya, perlu akselerasi pertumbuhan ekonomi di sektor agrikultur seperti kelapa, durian dan kakao dengan industrialisasi. Sumber daya di Sulteng tidak lagi dijual dalam bentuk barang mentah ke luar daerah, tetapi sudah dalam bentuk produk yang dapat memberi nilai tambah.

Menurut Rony, khusus kakao, nilai perdagangan globalnya mencapai Rp162 triliun. Potensi ini sangat besar, dan Sulteng harus ambil bagian dalam perdagangan global untuk meningkatkan ekonomi.

“Potensi kita jika dilihat yakni 300 hektar, dan produksi 145 ribu ton pertahun,” kata Rony Hartawan.

Sementara itu, Wagub Sulteng, dr. Reny A. Lamadjido yang membuka kegiatan FGD mengatakan, perlu memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam mengembangkan sektor kakao sebagai komoditas unggulan daerah.