SULTENG RAYA — PT Vale Indonesia Tbk terus menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan dengan melakukan reklamasi intensif pada lahan bekas tambang.
Hingga April 2025, perusahaan telah mereklamasi sekitar 3.800 hektare dari total 5.900 hektare area bukaan tambang, atau sekitar 65 persen rasio bukaan lahan tambang.
“Dari total lahan tambang yang telah dibuka, kami sudah menanam lebih dari 5,1 juta pohon,” ujar Junior Reclamation Engineer PT Vale, Nisma Yani, Sabtu (26/7/2025).
Kata dia, pohon-pohon tersebut terdiri atas tanaman pionir dan tanaman lokal endemik, dengan komposisi 60 persen tanaman endemik dan 40 persen tanaman pionir. Penanaman ini, jelas Nisma, mengacu pada pedoman dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Kehutanan.
Nisma menekankan bahwa, proses reklamasi bukan sekadar penanaman pohon, melainkan mencakup penataan lahan dan revegetasi.
“Setelah proses tambang selesai atau mine out, kami menimbun kembali lubang bekas tambang menggunakan material non-ekonomis, kemudian membentuk lereng sesuai desain teknik,” ujarnya.
Desain ini dilakukan oleh tim engineer setelah melalui kajian geoteknik dan hidrologi yang ketat.
Di sisi lain, PT Vale juga memiliki kewajiban rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas lebih dari 33.000 hektare di luar wilayah konsesi. Hal ini diungkapkan Abkar, Supervisor Nursery & Reclamation PT Vale.
“Di Sulawesi Selatan, luas rehabilitasi DAS mencapai 14.230 hektare, di Sulawesi Tenggara 12.500 hektare, dan di Sulawesi Tengah dua tahap seluas 2.310 dan 3.117 hektare,” kata Abkar.
Selain itu, atas permintaan khusus dari Kementerian Kehutanan, PT Vale juga melakukan rehabilitasi DAS di Jawa Barat (435 hektare) dan Bali (500 hektare).
Abkar menambahkan bahwa rehabilitasi ini merupakan bentuk dukungan PT Vale terhadap target pemerintah dalam menekan emisi karbon dan memulihkan lahan kritis.
“Kami ingin membantu mengembalikan fungsi ekologis lahan yang rusak akibat perambahan,” tuturnya.
Sebagai informasi, PT Vale saat ini mengelola kawasan Nursery yang dibangun sejak 2005 di bekas area tambang PT INCO. Area itu kini menjadi pusat pembibitan dan konservasi yang mencakup Taman Kehati Sawerigading Wallace, arboretum, serta penangkaran rusa bekerja sama dengan BKSDA Sulawesi Selatan. Dari total 71 hektare, sekitar 15 hektare saat ini aktif dikelola.
“Sudah ada 24 ekor rusa yang kami pelihara, dan delapan ekor di antaranya telah kami serahkan ke Pemkab Luwu Timur,” pungkas Abkar. RHT