Bagaimana caranya? Kita hendaknya menjadi pengguna digital yang cerdas, jujur, santun, dan penuh kasih sebagaimana suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW yang menebar kasih sayang pada ummatnya dan menyontohkan dengan akhlakul karimah. Berikut beberapa akhlakul karimah Rasulullah SAW, yang dapat jadikan pegangan saat berselancar dalam gawai.

Sidiq dan Amanah

Rasulullah dikenal sebagai al-Amin, yang dapat dipercaya. Di dunia digital, amanah dapat diterapkan dengan menjaga privasi orang lain, tidak menyalahgunakan data, dan tidak menyebarkan konten pribadi tanpa izin. Amanah juga mencakup menjaga rahasia dan tidak menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan dalam komunikasi daring.

Pengguna komunikasi digital yang menjalankan sifat sidiq , dia akan menjunjung tinggi kejujuran, menghindari plagiarisme, manipulasi informasi, dan akun palsu. Kejujuran juga mewujud sebagai bentuk penghargaan dan mengakui karya orang lain. Hal yang tidak kalah penting adalah, tidak menyebarkan berita bohong. “Cukuplah seseorang itu dikatakan pendusta jika ia menceritakan setiap apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Tabligh

Rasulullah menyampaikan wahyu dan ajaran Islam dengan jelas dan bijaksana. Dalam kehidupan digital, tabligh dapat diwujudkan dengan menyebarkan konten yang mendidik, mencerahkan, dan membangun. Setiap kata dan konten yang kita bagikan harus mengarah pada kebaikan dan tidak merugikan pihak lain. Dengan konten positif, harapannya terbangun budaya kemanusiaan seperti nilai moral, etika, rasa empati, simpati, cinta kasih, dan nilai-nilai serupa.

Fathanah

Kecerdasan Rasulullah terlihat dari cara beliau mengambil keputusan yang tepat dan bijak dalam setiap situasi. Dalam kehidupan digital, pengguna yang fathanah (cerdas) dituntut dapat menyaring informasi, memilih platform yang tepat, dan memahami etika dalam berkomunikasi. Tidak mudah terpancing provokasi atau menjadi bagian dari fitnah dan ujaran kebencian.

Lemah Lembut dan Pemaaf

Rasulullah dikenal dengan kelembutan akhlaknya. Dalam interaksi daring, sering kali emosi menguasai percakapan. Meneladani Rasul berarti mengedepankan kesabaran, menghindari debat kusir, dan meminta maaf jika melakukan kesalahan, serta menggunakan bahasa yang santun. Perlu dibangun kesadaran kolektif, komentar yang membangun lebih bermanfaat daripada cacian, umpatan, dan beragam ujaran kebencian.

Tantangan