Megawati memaparkan hubungan ketiga kejahatan tersebut secara runtut. Ia menjelaskan, judi online sering kali menjadi pemicu awal munculnya utang karena korban yang kalah terdesak mencari dana cepat. Kondisi ini membuat mereka hampir pasti terjerat pinjaman online ilegal.
“Banyak orang tergoda pinjol ilegal karena desakan kebutuhan dana, termasuk karena kecanduan judi online. Sementara investasi ilegal biasanya menjanjikan keuntungan tak wajar dalam waktu cepat melalui skema ponzi,” tambahnya.
Megawati mengungkapkan, sudah banyak masyarakat datang ke kantor OJK dalam keadaan putus asa.
Ia menekankan, di era teknologi yang semakin maju, pelaku kejahatan ini memanfaatkan celah di teknologi finansial (fintech) untuk menjangkau korban secara lebih luas dan cepat. Sebagai upaya pencegahan, OJK telah bekerja sama dengan Google untuk memblokir aplikasi keuangan ilegal. Namun, para pelaku terus beradaptasi dengan menggunakan platform lain, seperti Telegram, untuk tetap menjalankan aksi mereka.
Ia juga mengutip hasil survei inklusi keuangan di Sulawesi Tengah, yang menunjukkan bahwa 80 persen penduduk telah memiliki akses ke produk keuangan. Namun ironisnya, dari angka tersebut, hanya 30 persen yang benar-benar memahami literasi keuangan.
Sementara itu, Direktur Relawan Orang dan Alam yang juga inisiator Festival Tampo Lore, Muhamad Subarkah, menjelaskan pihaknya sengaja menghadirkan OJK sebagai narasumber. Tujuannya agar warga desa di kawasan Tampo Lore memahami potensi kejahatan keuangan, yang secara kualitas dan kuantitas semakin meningkat.
“Literasi keuangan sangat penting agar warga mampu mengambil keputusan bijak saat berutang, terhindar dari penipuan investasi, serta mendukung kemandirian ekonomi,” jelas Subarkah. Ia menambahkan, yang terpenting dari semua itu adalah memperkuat ketahanan keluarga dan desa.
Sosialisasi ini diikuti oleh pengunjung festival, tokoh adat dan pemerintah desa di Desa Baliura, Hanggira, Doda dan Desa Bariri. */AMR