Sembilan situs tersebut yakni Struktur Makam Mantikulore di Kelurahan Poyowa (1627–1661), Struktur Makam Datokarama di Kelurahan Lere (1886–1888), Bangunan Gedung Juang di Kelurahan Lolu Utara (1905), Struktur Bak Air Sumur Kulu di Kelurahan Donggala Kodi (1923), Struktur Kolam Renang Sumur Kulu di Kelurahan Donggala Kodi (1923), Bangunan Banua Oge di Kelurahan Lere (abad ke-19), Struktur Vatu Nonju 1 di Kelurahan Kawatuna (abad ke-16), Struktur Vatu Nonju 2 di Kelurahan Kawatuna (abad ke-16), dan Struktur Vatu Nonju 3 di Kelurahan Kawatuna (abad ke-16)
Hardi menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya sistematis untuk menjaga warisan budaya daerah dari ancaman kerusakan atau pengabaian di tengah perkembangan zaman.
Selain pelestarian situs, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu juga aktif dalam upaya revitalisasi bahasa daerah, khususnya Bahasa Kaili, yang merupakan salah satu bahasa ibu masyarakat lokal. Pada tahun 2023 lalu, pihaknya telah menyusun buku pembelajaran Bahasa Kaili dari kelas 1 sampai kelas 6 sekolah dasar.
Buku-buku tersebut disusun berdasarkan dialek lokal, seperti dialek Rai, Ledo, dan Da’a, yang disesuaikan dengan wilayah tempat pengajaran. Sebagai contoh, di wilayah Tavaili, pengajaran dilakukan menggunakan dialek Rai. Sementara di daerah lain, digunakan dialek Ledo atau Da’a sesuai kebutuhan lokal.
“Bukunya sudah dicetak dan program ini sudah berjalan di sekolah-sekolah dasar yang ada di Kota Palu. Ini adalah langkah nyata untuk menjaga bahasa daerah agar tidak punah,” tutur Hardi.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu juga sedang menyelesaikan penyusunan Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD), yang saat ini telah memasuki tahap akhir. Dokumen ini nantinya akan menjadi dasar dalam merumuskan arah kebijakan pelestarian dan pengembangan kebudayaan di Kota Palu.
Dalam proses penyusunannya, Hardi mengaku telah menjalin komunikasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk seniman senior dan akademisi. Salah satu tokoh yang disebut aktif dalam diskusi tersebut adalah Hapri, seorang pelaku seni dan akademisi yang selama ini dikenal konsisten memajukan kebudayaan lokal. ENG